.

.

Minggu, 16 September 2012

Berbagai Pendapat Mengenai Masalah ke-Mursyidan

Ikwan dan akhwat TQN yang terhormat . Disadari ataupun tidak kita telah dibawa dan digiring pada suatu masa kurun waktu tertentu. Dimana dengan kurun waktu itu kita akan merubah suatu peradaban dunia dengan karomah dan wasilah Pangersa Qutubul Aulia Mujadidul Abror wa Mursyiduna Fii Akhir Zaman Kanjeng Syech Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin Qs.

Beliau adalah seorang pembaharu yang diakui secara Nasional maupun Internasional, baik yang ikhwan Tqn Suryalaya ataupun bukan pasti telah merasakannya . Diantaranya sifat-sifat beliau yang telah kita rasakan adalah : 
  1. Sattaron ( menutup kesalahan/aib muridnya )
  2. Ghofaron ( Besar Pemaaf )
  3. Rofiqon ( Welas Asih )
  4. Safiqon ( Selalu Sopan dan Rindu kepada orang )
  5. Shodiqon ( Benar )
  6. Mutashodiqon ( Dianggap Benar dan diikutin )
  7. Amiron ( Menyuruh dengan Merendah / tawadhu )
  8. Lathifan ( Lemah Lembut dan deuh-deuh / Kasih Sayang )
  9. Qiyamullail ( Sunah Malam )
  10. ith'amuttho'am ( Suka Memberi Makan / Sesuguh / Menyajikan kepada Tamunya )
  11. Aliman ( Pinter )
  12. Suja'an ( Gagah Berani karena Benar )
Dari 12 sifat-sifat inilah banyak muncul karomah Guru Agung yang tentunya telah kita rasakan. Ketahuilah bahwa Guru Agung Pangersa Abah Anom adalah seorang Guru Ruhaniyah yang paling bijaksana dikolong langit ini, salah satu buktinya beliau mengeluarkan sebuah maklumat yang pada hakikatnya adalah suatu pekerjaan suluk bagi kita yang mengaku sebagai murid yang sedang dibimbingnya.

Tenggang waktu sepeninggalnya Guru Agung secara dzohir, kita merasakan kehilangan yang sangat tiada tara, tapi percikan cahaya ruhaniyahnya sangatlah membekas, justru disisi inilah kita akan ditantang dan diuji seberapa tangguh keimanan sang murid menghadapi masa atau kurun waktu transisi kemursyidan yang delematis. Pasti semua ikhwan bertanya-tanya Siapakah Mursyid penerus risalah TQN Suryalaya selanjutnya ? . Sehingga pengemban amanah mengeluarkan sebuah maklumat yang berupa sebuah surat edaran yang berisi sebuah himbauan dan ajakan

Maka dari sinilah lahir berbagai Pendapat Para Ikhwan mengenai Surat Edaran no:045.PPS.VIII.2012 yang dikeluarkan oleh Pengemban Amanah Tqn Suryalaya, diantaranya adalah:

1. Urusan tentang kemursyidan (siapa pengganti mursyid) adalah bukan urusan seorang Murid ”.  
Kalau bukan urusan MURID lalu urusan siapa ? Apakah urusan MURSYID itu sendiri ataukah urusan Para Wakil Talqin ? 

Bukankah para wakil talqin itu dalam tanda kutip bukan seperti murid kebanyakan atau biasa? Tetapi mereka juga bukan seorang Mursyid itu sendiri ? Nah kalau urusan Mursyid bukan urusan seorang Murid itu sendiri, berarti seorang Mursyid mengaku jadi Mursyid ? wah gawat nich..

Bagaimana juga hukumnya jika ada seorang murid atau beberapa murid atau diluar murid (belum mengenal thoriqoh) tanpa istikhoroh terlebih dahulu, kemudian dikasih oleh Alloh sebuah anugerah bermimpi bertemu dengan Mursyid yang telah meninggal dunia dan berkata kepadanya, bahwa pengganti si A adalah si B?

Apakah mereka yang bermimpi tersebut masih akan disebut sebagai " Murid " yang mengurus-ngurus masalah kemursyidan ? Lalu,,,Apakah Surat Edaran yang kemarin itu juga tidak boleh dikatakan sebagai "mengurus-ngurus" masalah kemursyidan (oleh selain Mursyid). Terus siapa yang berkata bahwa "Pengemban Amanah adalah sama dengan "Mursyid" ?

Bacalah Surat Pernyataan No:211.PPS.X.1998 , tentang batasan-batasan tugas yang diemban kepada para pemegang amanah oleh Abah Anom ; Adakah disana tertera suatu tugas, yaitu masalah Mengurus-ngurus Kemursyidan ?


Coba anda renungkan ? Dan Ingat..padahal Guru Agung Pangersa Abah tidak pernah mengaku sebagai seorang Mursyid. Menurut Syaikh Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra : " Apabila dahulu Pangersa Abah Anom qs mengaku seorang Mursyid, maka saya tidak mau berguru kepada Pangersa Abah Anom qs "

Abah Anom Qs adalah seorang Guru yang Agung dan suci dan pemilik akhlaq yang mulia, beliau tidak pernah mengaku-ngaku sebagai mursyid. Yang mengaku Pangersa Abah Anom Qs seorang Mursyid adalah para murid-murid beliau, bukan dari Pangersa Abah Anom sendiri. Makanya sering kita mendengar Pangersa Abah Anom Qs selalu mengatakan : " Abah juga sama-sama sedang belajar dzikir " Subhanalloh betapa tawadhunya beliau.

2. Urusan Kemursyidan bukan urusan seorang Murid, akan tetapi urusan Alloh  
Lalu bagaimana cara teknisnya kalau benar bahwa itu hanya urusan Alloh. Lalu bagaimana hukumnya jika kita secara beramai-ramai memohon petunjuk (sholat istikhoroh) kepada Alloh tentang siapa pengganti atau penerus mursyid berikutnya, dalam tanda kutip jika seorang Mursyid tidak meninggalkan bukti secara otentik tersebut. Apakah hal seperti ini bisa dikatakan "Mengurus-ngurus" masalah ke-Mursyidan oleh seorang Murid.? Kalau tidak bertanya kepada Alloh lalu bertanya kepada siapa?

Apakah kemursyidan lebih bersifat tertutup dan "sakral" dibanding dengan kenabian? hingga dengan mengatakan bahwa kemursyidan adalah urusan Alloh, maka tertutuplah karekteristik ciri kemursyidan bagi seseorang. Seorang Nabi saja sebelum kemunculannya akan terlebih dahulu di beritakan didalam kitab-kitab suci sebelumnya melalui ciri-ciri dan ke khosannya.

Lalu bagaimana dengan mursyid ? Apakah Alloh menutup tanda kemursyidan sehingga umat dibingungkan dengan masalah kemursyidan tersebut? ataukah sebenarnya ciri-ciri yang menggambarkan seorang mursyid itu sudah ditampakkan ? namun se3bagian mereka menolak, disebabkan mereka terlanjur membenci orang yang bersangkutan, sebagaimana kaum yahudi menolak kerosulan Nabi Muhammad Saw.

3. urusan ke-mursyidan boleh dimusyawarahkan secara akal seperti layaknya pemilihan presiden.
Bukankah ini juga termasuk mengurus-ngurus masalah mursyid, lalu jika ada  pertanyaan atau komentar mengenai kemursyidan oleh kami, maka pertanyaan / komentar tersebut juga dianggap  mengurus-ngurus masalah kemursyidan itu sendiri?. Apakah hasil keputusan para wakil talqin juga tidak dianggap mengurus-ngurusi masalah kemursyidan. Kalau ada seorang murid mengakui kemursyidan seseorang lalu dianggap sedang mempromosikannya? Apakah tidak sama dengan hasil musyawarah itu sendiri.  

Sebab menurut saya yang miskin pengetahuan agama ini, saya sangat membutuhkan seorang wali mursyid secara dzohir, yang dapat diajak bicara, mendengarkan keluh kesah seorang murid, memecahkan problem kehidupan seorang murid, memberi solusi, dapat memandang wajahnya, dapat berdialog secara kasat mata dan lain-lainnya, bukan menanti tanpa harapan. Dan apakah kita akan bersabar, jika menerima sebuah keputusan hasil akal oleh musyawarah yang dilakukan oleh " selain para Mursyid " dan pas kebetulan hasil keputusan tersebut mengangkat seseorang yang sangat kita benci? Apakah kita bisa menerimanya hasil keputusan itu dengan hati legowo? hanya waktulah yang akan menjawab... 

4. Urusan ke-mursyidan itu urusan Murid yang paling senior ( paling sepuh dan dianggap sudah teruji hidmatnya )”.
Bukankah ini juga termasuk mengurus-ngurus masalah kemursyidan, ironisnya ini dianggap sebagai saksi Agung kemursyidan. bukankah didalam berthoriqoh tidak mengenal istilah senior dan yunior, tidak mengenal lama dan baru? sebab didalam berthoriqoh berhubungan dengan keyakinan seseorang dengan Tuhannya melalui wasilah Gurunya,  jadi tidak bisa diukur dengan senior atau pun yunior, lama ataupun baru.

Ingatlah kalau kita tidak segera menentukan penerus mursyid pelanjutnya, maka dipastikan amaliayah beliau akan tinggal kenangan alias musnah, lalu kepada siapa lagi kita meminta petunjuk dan bersabar atas polemik yang berkepanjangan ini ? Apakah akan bertanya kepada selain Alloh ? Na'udzubillah...

5. Urusan Kemursyidan itu harus ada bukti secara otentik ”.
Dan kalau ada sebagian yang memperdebatkan bahwa seseorang telah mendapatkan sebuah wasiat dari Mursyidnya terdahulu secara otentik tersebut, tentang siapa pengganti dirinya (Mursyid terdahulu). Dimana satu kelompok yang lain mempercayainnya, bahwa benar-benar itu adalah sebuah bukti yang otentik. Dan kelompok yang lain tidak mempercayainnya sebagai bukti otentik dari Mursyid sebelumnya, artinya hanya diaku-aku secara sepihak oleh orang yang bersangkutan atau kelompok yang mendukungnya (PRO). Atau menurut istilah lain kelompok  yang KONTRA

Ada juga kelompok lain yang mengambil sikap jalur tengah tersendiri, dengan memohon petunjuk kepada Alloh (Beristikhoroh), bahwa ia yang dikontroversikan itu benar-benar telah mendapat wasiat otentik dari mursyid terdahulu . Dan kelompok yang lain juga memperdebatkan soal benar tidaknya MIMPI seseorang atau beberapa orang baik yang setelahnya atau sesudahnya Mursyid terdahulu meninggal secara dzohir, mengaku ketemu Mursyid terdahulu misal;  ketemu Syaikh Abdul Qodir qs atau nabi Muhammad Saw atau lain-lainnya, yang semuanya berkata yang sama bahwa si A adalah penerus Mursyid sebelumnya, dengan berpedoman kepada kitab Sirrul Asror dalam bab "Hal-hal ketika tidur dan mengantuk".

Sementara kelompok yang lain tidak membenarkan bahwa mimpinya orang tersebut tidak benar dan tidak bisa dijadikan bukti otentik. Dengan alasan bukti otentiknya tidak obyektif (misal pengakuan sepihak, mimpi, isyarat ghaib, penafsiran pribadi dan lain-lainnya, lihat pendapat KH Wahfiudin).

Apakah kalau tidak ada bukti secara otentik kita dengan seenaknya mengatakan bahwa si A bukan seorang Mursyid, apakah kita tahu bukti otentik itu apa? seandainya seorang Mursyid memberikan bukti secara otentik kepadanya, apakah nantinya bisa menerima beliau sebagai Mursyid. Jawabanya hanya satu ? perlu kecerdasan didalam menyingkapi sesuatu yang belum kita pahami secara lahir bathin

6. Urusan kemursyidan muridlah yang mempromosikan ”.
Seorang mursyid tidak akan mempromosikan dirinya sebagai mursyid, murid-muridnya-lah yang mempromosikannya bahkan mengagungkannya, seperti murid-murid Pangersa Abah QS yang mengagungkan Abah dan juga seperti murid-muridnya tuan Syaikh Abdul Qodir QS mengagungkan tuan syaikh, sangat wajar kalau para fans mempromosikan seorang yang dirinya menyakini sebagai mursyidnya. Kita tidak berhak melarang seseorang dalam memilih mursyid yang dia yakininya

Syech Hisam Kabbani berkata : " Salah satu kewajiban murid adalah mempublikasikan pesan moral syekhnya kepada orang lain, baik dengan mass media (seperti: TV, Radio,Internet , dll) atau media yang lainnya. namun jika kalian (si murid) membawa rahasia syekh, ada daya tarik. masyarakat akan datang tanpa perlu usaha dan persiapan..."

Catatan : Diambil dari berbagai sumber
 

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes