Sang pewaris yang bijak selalu memberikan keputusan yang sesuai dengan kemajuan zaman . Beliau tidak pernah menunjuk dengan tangan langsung akan tetapi dengan bahasa isyarat yang penuh dengan syarat makna. Secara tidak langsung kita sedang dibelajari oleh Guru agung Syaikh Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin RA wa QS untuk mendewasakan ruhani sang murid .
Seorang murid pasti mengenal Guru ruhaniyahnya, walaupun ia berganti busana (pakaian) sekalipun. Pemahaman yang demikian akan membawa pada suatu pola fikir yang dalam. Dan itulah maha karya persi 37 yang mashur dan merupakan kejayaan thoriqoh di abad modern yang menjadi khazanah Islam yang tidak akan pernah tersingkirkan.
Berbalik kepada kita yang ingin diakui sebagai murid oleh sang Pewaris nabi , akankah kita menjadi pewaris kurun 38, minimal mempertahankan kejayaan kurun 37, atau sebaliknya hancur karena masalah kemursyidan 38 yang berlarut-larut.
Seorang murid pasti mengenal Guru ruhaniyahnya, walaupun ia berganti busana (pakaian) sekalipun. Pemahaman yang demikian akan membawa pada suatu pola fikir yang dalam. Dan itulah maha karya persi 37 yang mashur dan merupakan kejayaan thoriqoh di abad modern yang menjadi khazanah Islam yang tidak akan pernah tersingkirkan.
Berbalik kepada kita yang ingin diakui sebagai murid oleh sang Pewaris nabi , akankah kita menjadi pewaris kurun 38, minimal mempertahankan kejayaan kurun 37, atau sebaliknya hancur karena masalah kemursyidan 38 yang berlarut-larut.
Selanjutnya kita serahkan kepada wakil talkin yang telah diberi isyarat mutlak oleh sang mursyid didalam memberikan keputusan yang paling baik dan terbaik, demi kejayaan Islam rohmatan lil 'alamin.
Pro dan Kontra Alasan Penolakan silsilah ke-38
Sebuah fenomena semakin
nyata yang terjadi pada kalangan para ikhwan . Salah satu contoh adalah masalah “mursyid baru (silsilah 38)”.
Dengan dalih kecintaan (?) kepada guru yang begitu besar, maka ia
menolak kehadiran “guru baru”, padahal semua sudah ada aturan mainnya,
termasuk aturan main kita dalam berthoriqot. Semua kitab tashawuf yang
membahas masalah mursyid, atau yang membahas tentang thariqah mu’tabaroh
(thoriqoh yang sah dan diakui) menjelaskan pentingnya regenerasi
kemursyidan. Karena jika generasi hilang, maka thoriqoh itu terputus
sampai disana.
Apa alasan penolakan mereka?1. “PANGERSA ABAH ANOM ADALAH GURU AGUNG, BELIAU TIDAK AKAN TERGANTIKAN”
Memang betul, beliau adalah guru agung, dan beliau juga tidak tergantikan dengan catatan, beliau tak tergantikan sebagai ahli silsilah ke-37, karena angka 37 tetap miliki beliau, tidak akan ada nama lain di angka 37, yang ada hanya nama di 38, dan seterusnya. Ingat, regenerasi yang kontinyu ( tasalsul, silsilah dari saat ini sampai nabi tersambung selalu ) ini adalah syarat sah sebuah tarekat, tidak terkecuali TQN PP Suryalaya. Jika kita ingin tetap di kloter 37, silakan, karena kita adalah murid guru ke-37. Tapi jangan pernah membantah dan menolak kehadiran guru ke-38, karena ia adalah murid pangersa abah yang punya amanah besar mengemban keberlangsungan TQN agar tetap terjaga silsilahnya, dan demi syi’ar Laa ilaaha illallooh.
2. “BISAKAH BUMI MENGATUR URUSAN LANGIT?”
Memang tidak bisa, kita yang derajat dan kedudukannya masih rendah tidak bisa mengatur urusan mursyid, termasuk urusan pengganti beliau. " URUSAN LANGIT HANYA BISA DIATUR OLEH PENGHUNI LANGIT ", itu betul. Seandainya maksud ungkapan “langit” di sini adalah “mursyid”, maka penghuni langit di sini adalah mursyid dan khalifah-khalifah nya. Wakil Pangersa Abah Anom lah yang punya hak untuk itu. Karena sebagaimana kita ketahui dalam kitab-kitab tashawuf, metode pengangkatan “guru baru” dalam sebuah thoriqoh adalah dengan dua cara, yaitu:
- Penyerahan secara langsung khirqoh kemursyidan oleh seorang guru kepada salah satu muridnya, baik penyerahan secara lahir maupun secara bathiniyah;
- Jika guru tersebut tidak menunjuk secara langsung, maka para wakil mengadakan istikhoroh secara khusus perihal siapa pengganti gurunya.
3. “KITA INI BODOH, KITA INI BUTA, LAYAKKAH KITA MEMBICARAKAN ILMU PADAHAL KITA TIDAK TAHU RAHASIA ILMU ITU?”
Adakalanya yang bodoh dan yang buta perlu bicara untuk menentukan nasib mereka saat yang melihat dan yang pintar tak lagi berbicara, itu penting untuk keberlangsungan hidup mereka.
4. “DALAM SEBUAH MANAQIBAN, SAAT SYAIKH GAOS DITANYA MASALAH PENGGANTI ABAH, BELIAU MENJAWAB: “KALAU INGIN TAU PENGGANTI ABAH, PANDANGILAH FOTO BELIAU”
Jangan terlalu tekstual Para Ikhwan tapi lihatlah esensinya, lihatlah hakikat dari perkataan beliau. Jika kita mau tahu maksud perkataan “PANDANGILAH FOTO BELIAU”, maka jawabannya ada dalam kitab Tanwir al-Qulub karya Syaikh Amin al-Kurdi. Dengan perkataan seperti itu, Syaikh Gaos menyuruh kita untuk ber-Robithoh dan mencari petunjuk untuk mendapatkan jawaban. Karena arti robithoh itu sendiri menurut Syaikh Amin al-Kurdi secara etimologi / lughotan adalah: membayangkan wajah guru, atau memandangi foto guru. Begitulah cara orang bijak memberikan jawaban, menuntut kita untuk bijak pula dalam menyikapi dan menafsirkannya.
5. “SU’UL ADAB, TIDAK ADA TATA KRAMANYA”
Dimana letak su’ul adabnya? Di mana letak tidak ada tatakramanya? Apa karena ada guru baru? Ingat, 37 tidaklah sama dengan 38, tidak akan ada 38 tanpa ada 37. 38 bukan menghapus 37, tapi meneruskan 37 dan mengemban amanahnya dalam rangka estafet ahli silsilah, agar TQN ini tasalsul sehingga Suryalaya selamanya eksis dalam syi’ar Laa Ilaaha Illallooh, tetap menjadi tarekat yg mu’tabaroh.
6. Yang paling berbahaya bagi ikhwan adalah sbb:
- Kultus individu yg berlebihan yg tdk memperhati kan kaidah2 hukum syar'i, yg akan menjelma penolakan2 hukum yg bertentangan dgn pola2 sufiyah.
- Pendalaman tauhid yg lemah, baik secara teori atwpun mujahadah bathin dan dhohir.
- Kekurang tahuan tentang mujahadah Sang Guru, baik ketika muda atwpun setelah jd mursyid,
Untuk para ikhwan, saudara-saudara yang saya hormati, Jika anda
termasuk salah satu orang yang menolak dengan kehadiran guru ke-38, maka
cukuplah dengan istiqamah dalam amalan anda, tapi jangan mengganggu
pengemban amanah ke-38. janganlah menolak dengan ijtihad pribadi yang
tak berdasar, saya kembalikan perkataan anda:
" URUSAN LANGIT HANYA BISA DIATUR OLEH PENGHUNI LANGIT, KITA INI BODOH, KITA INI BUTA ",
Semua ini sudah ada aturan mainnya, atau anda mau meng-amandemen undang-undang yang telah digariskan oleh para ulama sufi salafussholih?
Berhati-hatilah kita berpijak dan wa"tasimu bihablillah (ingat pesan abah) dengan baik dan benar.
Semoga Syaikh Muhammad
Abdul Ghaos Saefululloh Maslul RA ditetapkan hatinya untuk bertasamuh dan diberi kekuatan dalam mengemban (Amanah/memangku) Mursyid ke-38 atau kurun
38 yang menjadi pewaris guru masyhur yang syarat dengan bahasa isyarat
suluk sufiah. Kita semua tetap
dalam lindungan Alloh Swt dengan karomah Pangersa Abah Anom yang selalu
mengalir kepada kita semua. aamiin
Sumber :
1. Abah Ade Wahyudi
2. ustadz Muhammad Jamil Hidayat