" Telinga adalah perantara, mata adalah pecinta yang menyatu dengan sang kekasih, mata adalah karunia yang nyata, sedangkan telinga hanya memiliki kata-kata yang menjanjikan....... Dalam mendengar ada perubahan sifat, dalam melihat , ada perubahan hakekat........ Jika pengetahuanmu tentang api ditentukan oleh kata-kata semata, coba matangkan dengan kata "api". Sudilah engkau pergi ke balik nama dan huruf, sucikanlah dirimu sepenuhnya....... Dan kelak, saksikanlah dalam lubuk hatimu sendiri sendiri seluruh pengetahuan para Nabi, tanpa buku, tanpa belajar, dan tanpa pengajar".
(Jalaluddin Ar-Rumi)
Terdapat perbedaan yang mendasar antara : Ingat Allah (Dzikrullah), dengan menyebut Nama-nama Allah secara berulang-ulang secara lisan (lidah mulut atau lisan hati). Mengingat & menyebut Allah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah bertemu dan melihat Allah didunia ini. Mustahil orang yang belum bertemu dan melihat Allah dapat mengingat Allah. Mulut dan hati menyebut Nama Allah, tapi pikiran, khayalan dan perasaan justru ingat istri, anak, pekerjaan dan lain sebagainya. Mengingat adalah pebuatan batin, sedangkan menyebut adalah perbuatan mulut.
Orang-orang yang sudah bertemu dan Melihat Allah, akan dengan mudah untuk mengingat Allah dimana saja dan kapan saja, baik sedang main FB, berjalan, duduk, naik kendaraan dan bahkan selagi tidur nyenyak, semudah mengingat wajah Sang Pacar / orang tua kandung kita.
Mari kita renungkan Firman Alloh:
Artinya:
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." ( QS : Yusuf Ayat : 40 )
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [981]; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang [982]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." ( QS : Al-Hajj Ayat : 11)
Jalan menuju pertemuan dengan Allah itu tergantung prasangka kita. Akan mudah, kalau kita berprasangka seperti itu, sebaliknya, perjalanan itu akan menjadi sulit dan berat, jika kita berprasangka sulit untuk menuju pertemuan dengan-Nya......... "Aku tergantung prasangka hamba-Ku" (Hadits Qudsi)
Kita lebih mudah mengingat Sang Pacar dari pada mengingat Alloh...itu semua disebabkan mengingat sang pacar ada obyek yang kita lihat sehingga kita tertarik / menyukainya, Nah disinilah kita perlu bertanya kepada diri sendiri. " Apakah kita sudah mencintai dzikir ? Kalau kita mengaku mencintai dzikir, kenapa kita sulit untuk mengingat Alloh....hayoo?
Untuk itulah kita harus berusaha untuk bisa mencintai dzikir. Jika kita benar-benar mencintai dzikir tentu hal-hal yang berhubungan dengan rasa malas, lelah, letih dan seterusnya pasti akan hilang dengan sendirinya. Karena cinta itu dapat menghapus semua rasa dan menumbuhkan semangat didalam berdzikir.
Tanda jika kita sudah mencintai dzikir adalah ia tidak akan merasa capai, lelah, malas ketika kita mengamalkan dzikir, dikening tidak mengkerut, pikiran tidak ada beban, memori otak diam, qolbu menjadi hidup walaupun masih lemah. Kalau sudah diberi anugerah seperti ini, jangan sedikitpun berpaling meninggalkan dzikr.
Agar kita bisa berdzikir seperti itu, Maka gunakanlah media yang diberi oleh Guru Mursyid, yaitu ROBITHOH.
Wallahu a'lam
Mengingat pacar obyeknya bisa karena kecantikannya, senyumnya, matanya, bibirnya atau pun perkataannya dan lain-lainnya....itu semua adalah obyek dari ingatan bangsa nafsu. itu juga disebut mengingat.
Bagaimana dengan mengingat Alloh? apakah caranya sama...sama, cuman didalam thoriqoh mensiasati mengingat Alloh dengan membayangkan wajah mursyidnya (Robithoh), sehingga diharapkan dengan wajah Guru Mursyid sebagai obyeknya akan terekam dialam bawah sadar kita. Ini adalah bentuk sarana untuk berlatih mengingat Alloh, yang dulunya kita sering merekam di alam bawah sadar kita dengan berbagai macam rekaman dalam kehidupan sehari-hari, baik yang jelek maupun yang baik semuanya disave di alam bawah sadar kita. Sehingga yang muncul ketika kita ingat adalah obyek yang kita rekam.
Untuk itulah ketika kita dikenalkan oleh guru Mursyid dengan yang namanya Robithoh sangat sulit dan terjadi benturan yang sangat hebat, disebabkan data file yang kita rekam berbeda dari sebelumnya. Yang dulunya men save tanpa dzikir, sekarang men save diiringi dzikir.
Hayoo... kita koreksi diri kita pribadi apakah kita sudah bisa mengingat Alloh dengan alat atau sarana robithoh, minimal sama ketika kita mengingat sang pacar? kalau belum bisa...berarti obyek kita salah?
Kenapa bisa salah....sebab obyek yang diberikan oleh sang guru, belum mampu menghadirkan ingatan kepada Alloh.
Kalau begitu Guru saya yang salah? kalau guru saya salah...tapi kenapa saya dengan mudah bisa mengingat pacar.
Jadi tidak mungkin guru saya yang salah,...mungkinkah obyeknya yang salah?...
Tidak mungkin obyeknya salah, kalau obyeknya bisa salah...kenapa saya tidak salah dalam mengingat ketika ingat sang pacar?.
Ketika saya merenungi, oh....ternyata tanpa kita sadari kita telah diberikan 2 obyek untuk sarana mengingat Alloh...bisa lewat membayangkan wajah Guru Mursyidnya (Robithoh) dan juga bisa lewat mengingat Nama Alloh (Ismu Dzat)
Tetapi tetap saja kita susah mengingat Alloh, disebabkan kita dari kecil tidak pernah dilatih untuk mengingat Alloh, lihatlah anak-anak kita?, Apakah kita pernah melatih anak kita untuk mengingat Alloh? Pasti jawabannya " Tidak "...Padahal ini adalah tugas kita sebagai orang tua untuk melatih, mendidik, mendikte Laa ilaaha illalloh agar supaya ketika sang anak sudah baligh, ia tidak akan bingung dan asing lagi dengan yang namanya bangsa ruhani.
Ingatlah! Alloh telah memberikan petunjuk dan sarana untuk manusia dengan adanya ingatan dan kerinduan ketika kita terbayang-bayang wajah sang pacar dan selalu mengingat dan menyebut namanya. Itulah tanda bahwa ruhani kita telah beranjak dewasa dan ingin dikenal serta telah siap untuk berinteraksi dengan Tuhannya.
Wallahu a'lam
Didalam kitab At-Ta'rifat halaman 256 :
" hidayah adalah petunjuk akan sesuatu yang dapat menyampaikan kepada apa yang dituntut "
Definisi ini dapat disimpulkan, bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi prasarana dan sarana keberhasilan disebut "Hidayah".
Marilah sejenak meniliti diri masing masing , perhatikan rutinitas kegiatan sehari-hari kita, dari bangun tidur,makan minum bekerja mencari nafkah atau belajar dan kegiatan lainya, kemudian pulang istirahat,tidur. Dari hari-kehari bulan kebulan dan tahun ketahun bahkan seterusnya rutinitas seperti ini kita jalani, SHALAT kita banyak terselip diantara rutinitas kehidupan SEHARI HARI.
Bila rangkaian kegiatan aktivitas seperti diatas dilakukan setiap hari tanpa diiringi ingat kepada Allah, kira-kira bisakah shalat kita khusuk? sudah pasti jawabnya adalah " tidak ". Sebab aktivitas dan kegiatan sehari-hari kita yang terekam adalah aktivitas yang tidak disertai dengan dzikir.
Makanya kita sangat kesulitan sekali Ketika kita belajar mengingat Alloh dengan dzikir, karena disana banyak terdapat rekaman-rekaman aktivitas yang tidak disertai dengan dzikir, sehingga ketika kita mencoba untuk mengkonek hati, sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh qolbu terganggu dengan adanya banyak file yang tidak bermanfaat yang mendominasi memori otak.
Ketika kita coba untuk berusaha menghubungi qolbu, maka yang muncul adalah hasil dari rekaman-rekaman yang telah lalu, biasanya rekaman ini akan muncul berupa beraneka ragam bisikan yang ada di hati kita. hal ini akan berpengaruh ketika kita mencoba untuk belajar berdzikir dihati.
Mari kita belajar mengisi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari yang kita jumpai dengan disisipi dzikir, sehingga dialam bawah sadar kita akan terekam dzikir....apakah kita tidak bosan setiap hari kita tidak tahu diri sendiri...dari makan tidak tahu sedang makan, dari sholat tidak tahu sedang sholat, dari mengajar tidak tahu lagi mengajar, lagi duduk tidak tahu lagi duduk, lagi buang air besar tidak tahu lagi buang air besar dan lain-lainnya.
Pertanyaannya kita itu siapa dan lagi dimana ketika sedang makan, sholat, duduk. Cobalah diingatkan qolbu kita walaupun satu detik dengan dzikir sehingga kita dapat menyadari dan merasa bahwa ini loh saya yang sedang makan, Kalau kita sudah mampu eling dan mawas diri sendiri pasti engkau tidak akan berbuat angkara murka dimuka bumi ini.
Sesungguhnya perilaku kita sehari-hari adalah cermin dari hasil rekaman yang terdahulu, sehingga menjadi suatu kebiasaan sehari-hari kita. Makanya ketika dikenalkan dengan dzikir yang khususnya khofi, kita sangat sulit untuk bisa berdzikir diqolbu, disebabkan dari semenjak kecil, kita tidak pernah dikenalkan dengan yang namanya qolbu.
Itulah sebabnya orang yang sedang belajar dzikir, belum mampu berdzikir didalam qolbu. Kalaupun mampu...maka itu hanya bagian dari hasil rekaman memori otak yang terdahulu. Kalau ingin mampu berdzikir didalam qolbu, maka kita harus bisa memahami dan mengenal semua gerak gerik memori otak kita.
Jika tidak mengenalnya, bagaimana bisa mengenal qolbu ? untuk itulah biasakanlah berdzikir dengan menggunakan media yang ada...dengan demikian kebiasaan seperti itu akan terekam oleh otak bawah sadar kita. Sehingga ketika rekaman ini muncul, ia akan mengingatkan kita pada qolbu. Dan kita hanya menyaksikan sesuatu yang berdzikir dan berdenyut dengan sendirinya pada qolbu, ia hidup tak memerlukan ingatan otak.
Agar kita bisa konek (menyambung) pada qolbu, maka dzikirnya harus bisa terlepas dari ketergantungan pada memori otak.
Kita masih berdzikir menggunakan akal pikiran yang ada dikepala...tandanya jika kita berdzikir akan cepat merasa capai, lelah dan lain-lainnya. Coba lepaskan dzikir kita dari inang memory otak dengan belajar menggunakan qolbu (hati).
Bagaimana caranya agar kita bisa konek didalam qolbu?...salah satunya menggunakan media yang ada disekitar kita...misal ketika kita nonton TV, mendengarkan Musik, pegang HP dan lain-lainnya...kita coba sarana tersebut ditempeli dzikir khofi, sehingga memori otak kita secara otomatis akan menyambung bila melihat misal tv dan secara otomatis pula akan ingat pula dzikir khofi. Subhanalloh...jika ini bisa kita lakukan secara istiqomah, maka secara otomatis kita sudah mengurangi kadar hijab kita.
Dari Ingatan yang tadinya tak berguna menjadi berguna atau bermanfaat sebagai alat atau sarana mengingat Alloh SWT. Dengan demikian secara lambat laun kita sudah bisa melepaskan hati dari ketergantungan akal pikiran kita. Sehingga secara otomatis memori akal kita akan men save sesuatu yang telah dialiri dzikir kedalam alam bawah sadar kita, saya analogikan sebagai berikut:
waktu pertama kali belajar nyetir mobil pasti yang sangat dominan adalah otak, khususnya otak kiri. Jadi ketika akan menginjak gas/rem seluruh perhatian otak akan terpusat kearah itu atau bahkan kadang mata harus melihat kekaki untuk memastikannya, atau saat ingin pindah persneling, pasti juga akan terjadi hal yang sama.
Setelah belajar dan terus belajar dan lihai, maka waktu injak gas dan rem, pindah perseneling, menikung , menyalib semua bisa dilakukan secara santai dikarenakan insting/alam bawah sadar yang bekerja. Pada fase ini anda bisa menyetir mobil sambil santai mendegar radio, sambil bertelpon, ngobrol dan lain sebagainya.
Pada tahap awal belajar dzikir khofi, maka akan sulit untuk tetap berdzikir khofi sementara otak fokus kpd tulisan didalam buku, atau pada layar monitor yg menuntut otak untuk bekerja dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. Dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. bisa nyetri mobil dengan baik sambil ndengerin musik/ngobrol dikaarenakan perhatian otak tertuku kpd aktivitas nyetir
Pada fase ini untuk dapat berdzikir khofi otak harus berhenti sejenak dari aktifitasnya dan mengingatkan qolbu utk dzikir khofi, sedangkan pada fase yg sudah lihai/ahli maka tanpa diingatkan oleh otak qolbu akan senantiasa hidup dengan dzikr khofinya...
Yang Pertama:
Ketika qolbu belum dikenalkan dengan dzikir, maka kita menganggap sesuatu yang berbicara (bisikan-bisikan yang sangat halus) yang beraneka ragam macamnya adalah setan ataupun jin. Jika bisikan-bisikan itu kita teliti, kita cermati, maka bisikan tersebut bisa menjadikan sebuah sarana untuk mengingat Alloh, misalnya begini ketika bisikan itu berbicara " Kamu sholatnya tidak bakalan diterima ", coba disisipkan atau tempeli sebuah dzikir Ismu Dzat asal dari suara itu.
Yang Kedua:
Ketika kita sedang sholat tiba-tiba diingatkan oleh sesuatu misal diingatkan sedang masak air, dompet yang lupa naruhnya, motor belum dikunci dan sebagainnya. Nah kita pada umumnya menganggap bahwa yang telah mengingatkan pada waktu sholat adalah setan atau jin. Anggapan itu adalah sangat keliru. Seharusnya kita bersyukur Alloh telah mengingatkan kita. Coba renungkan, siapa yang telah mengingatkan itu ? Tiada lain adalah Guru suci kita, Guru Agung kita. Orang jawa menyebutnya dengan Guru Sejati, hidup kita, Layangan Putih, dan lain-lainnya
Padahal sesuatu yang telah mengingatkan kita adalah sebuah media yang harus kita kenali, dan kita gali secara mendalam. Jika saja kita mau berfikir secara terbuka tidak berpikir sempit, maka sesuatu yang diingatkan adalah sebuah anugerah, sebuah pesan, sebuah sinyal yang harus kita perhatikan dan kita latih agar nafsani kita, jiwa, ruh dan nyawa kita dapat mengenalinya.
Sehingga ketika kita diingatkan oleh Alloh baik lewat bisikan diqolbu atau diingatkan sesuatu kita langsung konek dzikir dan tidak akan menolak setiap yang diperintahnya, sebab ruhani kita sudah mengenalinya apapun kondisinya. Lalu jika kita istiqomahkan dengan melaksanakan apa yang diperintahkannya, maka kita secara otomatis akan dikenalkan sebuah pengetahuan yang belum pernah kita pelajari . Sehingga kita akan difahamkan lahir dan bathin, Bukan kepahaman hanya menurut akal pikiran kita, tetapi kefahaman menurut Pengetahuan Ruhani (Qolbu) kita.
Padahal sesuatu yang keluar dari berbagai macam suara / bersitan/angan-angan adalah hasil dari rekaman yang selama ini kita rekam...jika kita mau memperhatikan, meneliti, memahami, mengenal...maka semua itu adalah sebuah media untuk mengenal yang maha hidup.
Saya mengajak kepada saudara pembaca khususnya diri pribadi saya, pintar-pintarlah menggunakan media yang ada disekitar kita, misal ketika kita makan harus belajar makan ingat Alloh. bukan makan ga ingat apa-apa...bukan makan ingat hutang....
Lebih parah lagi, kita sedang makan tapi tidak tahu detik ini sedang makan, kita sedang mengajar tapi tidak tahu detik ini sedang mengajar, kita sedang bermain tapi detik ini kita tidak tahu sedang bermain, kita sedang duduk tapi kita tidak tahu sedang duduk dan seterusnya, semua aktivitas yang kita lakukan kita tidak tahu atau menyadarinya...Na'udzubillah
Jika kita pelajari sesuatu itu...pasti engkau akan mengerti hakikat dari sesuatu yg diingatkan.
Jika
kita ingin mengenal , mengetahui pesan-pesan atau sinyal-sinyal yang
dikirim oleh seorang Guru Ruahani. Maka Cermatilah dan perhatikanlah apa
yang pertama kali muncul didalam rasa kita, Bersitan yang pertama kali
muncul didalam rasa kita itu sesungguhnya adalah sebuah sinyal
pesan...Bersitan ini tidak akan diulang-ulang, ia seolah-olah sepintas
lalu, sehingga kita sulit untuk mengenal dan memperhatikannya
Jika pun kita coba perhatikan sinyal yang pertama kali muncul didalam
rasa kita, maka ia akan berubah menjadi banyak pesan-pesan, sehingga
kita sulit untuk membedakan bahwa itu adalah sebuah pesan...karena
pesan tersebut sudah dicampuri oleh nafsu, pikiran dan otak kita.
Wallahu a'lam
Pejamkan mata dzohir kita, apa yang kita lihat ? hanya gelap yang kita lihat dan kita rasa. Ketika kita cermati dengan seksama gelap tersebut....maka kita akan melihat suatu keindahan gelap tersebut...metode seperti ini berguna untuk melatih mata bathin kita. Sebab gelap tersebut adalah sebuah alat dan pijakan untuk membuka suatu tabir yang menyelimuti qolbu kita.
Kita sebenarnya diluar atau diatas semua alat-alat itu!! Maka dari itu kita harus melepaskan diri kita dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh peralatan kita sendiri. Sadari Aku ( diri bathin ) adalah yang menguasai segala perasaan dan pikiran, jadilah tuan atas diri kita, keluarlah kita seperti anda melepaskan baju, lalu tinggalkan , jangan sampai kita memikirkan semuanya itu.
Karena peralatan kita mempunyai bathin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat kita tidur, Aku ( anda ) meninggalkan tubuh kita tanpa harus memikirkan bagaimana nantinya badanku, kenyataanya instrument tubuh bekerja menurut yang dikehendaki oleh nalurinya sendiri.
Sadarkan sang Aku (Diri Bathin). Hubungkan dengan dzat yang Maha Mutlak… hadirlah dihadapan-Nya sebagaimana kesaksian Aku dialam `Azali… Panggillah penuh santun didalam qolbumu... Alloh Hu Alloh...Alloh Hu Alloh, tundukkan jiwa kita dengan hormat dan datanglah kehadirat-Nya dengan tawajuh, timbulkan rasa cinta yang dalam, hadirlah terus dalam dzikir, biarkan sensasi pikiran dan perasaan melayang-layang dan menjelajahi bagian-bagian dir kita.
Yuch mulai sekarang belajar dzikir bukan hanya pada waktu sholat atau sesudah sholat, itu sudah biasa . Tapi yg luar biasa bagi saya adalah belajar menghidupkan dzikir sambil makan/minum/lagi nonton tv/lagi bersenggama/lagi mandi dllnya.
Cobalah...bukan hanya dijadikan sebagai selogan / penghias / pemanis otakmu, tapi hatimu menjerit / angan-anganmu tercipta.
Pakailah media-media yg tersedia disekitar kita sebagai alat bantu untuk mengingat dzikir, maka hasilnya...hehehehe
Ketika kita berdzikir kepada Alloh....lisan dan hati itu harus konek (menyambung) lisan menyebut atau mengucapkan Subhanalloh maka hati kita secara otomatis akan mengingat-Nya.
Kebanyakan diri kita ketika lisan menyebut Subhanalloh, hati (qolbu) kita tidak ingat perbuatan lisan, hati kita tidak menyaksikan si lisan ketika menyebut Subhanalloh. Na'udzubillah
Disinilah susahnya untuk menyambung Lisan dan qolbu (hati), maka dari itu peranan seorang mursyid sangat penting dan diperlukan untuk menyambung wasilah antara lisan dan hati, Tali penghubung diantara keduannya jika ingin selaras antara lisan (menyebut) dan hati (mengingat) segera cari seorang mursyid, sehingga antara yang diingat dan yang mengingat ada tali rasa diantara keduanya.
Dzikir lisan dan Dzikir qolbu bisa diibaratkan atau dianalogikan ketika sang suami menyebut kepada sang istrinya dengan kata ILOVE, maka sang istri mengerti maksud dari ucapan sang suaminya. Begitulah juga seharusnya sesorang yang sedang berdzikir sudah paham dan mengerti ketika lisan berdzikir.
Wallahu a'lam
Niat itu harus dilahirkan, kalau kita ingin membuka hijab. karena niat itu sendiri adalah kunci untuk membuka hijab yang menyelubungi Ruhani kita
Salah satu cara yang mudah untuk melahirkan niat tersebut adalah dengan cara mencermati apa-apa yang lahir dari hati....misal jangan ditunda jika dihatimu menyuruh untuk berbuat ketaatan dan segera pangkas jika dihatimu ingin mengajak kejahatan, jika bisa kita lakukan ? maka kita telah mampu melahirkan sebuah NIAT tersebut didalam qolbu. Lalu tinggal bagaimana caranya kita merawat dan memeliharannya dengan eling dan waspada.
Hasilnya kita akan dipahamkan dengan seluk beluk dan keunikan berbagai macam khasanah hati kita.
Kalau kita ingin mengenal hakikat sesuatu, maka sesuatu itu harus kita kenal, pelajari dan selami. Tanpa semua itu tidak mungkin kita mengenalnya, lebih-lebih menjiwainya. Untuk itu perhatikanlah semua kejadian yang kita alami, lihat dan cermati pasti engkau akan menemukan sesuatu. Jika sudah ditemukan sesuatu itu , maka pelajarilah pasti engkau akan menemukan suatu pengetahuan yang belum pernah engkau ketahui.
Wallahu a'lam
Jika dzikir kita ingin membekas di qolbu, jalan yang paling efisien adalah senangilah dzikir tersebut.
Tandanya jika engkau sudah menyenangi dzikir tersebut? maka tidak ada rasa capai, lelah, ingin cepat2 selesai, menghayal, pikiran kemana-mana, perasaan galau dan sebagainya.
Jika kita sudah bisa dzikir seperti itu,, secara otomatis kita telah menempatkan dzikir pada posisinya
Perkenalkanlah dirimu dengan dzikir, sebab dengan dzikir engkau akan diperkenalkan dengan yang punya dzikir. Apalah artinya perkenalan jika kita tidak mau mengenal, dan apalah jadinya jika kita mengenal tapi tidak ada yang mengenalkannya.
Ironis sekali kita ini, mau mengenal tapi tidak mau diperkenalkan. Mau diperkenalkan ngakunya mengenal. Kalau kita mau sedikit saja membuka, melongok pintu-pintu rasamu, tawajuh sebentar saja, perhatikan rasa hidupmu pasti engkau akan diperkenalkan dengan sesuatu yang belum pernah engkau lihat dan rasakan. Wallahu a'lam
Manusia memiliki alat yang kasar dan yang halus. Yang halus tidak dapat dilihat oleh panca indra mata tetapi sangat lengket diantara keduanya, sehingga dapat menyebabkan panca indra bisa bekerja masing-masing dan inilah yang disebut dengan Tali Rasa ( Syaraf Bathin )
Tali rasa bisa bekerja jika disalurkan kepada indra jasmani. Kerjanya tali rasa ini selalu memberi peringatan kepada roh jasmani, sehingga diterima oleh kita didalam buah pikiran tetapi sangat lemah dan seakan-akan itu tak berguna, lalu tidak diperhatikannya dan ini karena disebabkan banyak dipengaruh oleh akal pikirannya.
Saya contohkan ketika seorang sudah selesai sholat dan dzikir, tiba-tiba sekilas ada buah pikiran didalam qolbunya disuruh untuk khotaman. Dan bagi seorang yang awas hatinya ia akan segera melaksanakannya, karena ia tahu siapa yang telah memperintahkannya lewat pesan diqolbunya tiada lain adalah Guru Agung (mursyid) yang memberi sinyal-sinyal pesan pada Muridnya.
Tali rasa inilah yang bisa mengingat segala kejadian yang dikerjakan oleh pikiran dan panca indra lainnya. Tali Rasa ini bisa berdiri sendiri tanpa hambatan dan juga rintangan walaupun tanpa dialiri di syaraf atau darah keotak. Ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata jasmani. Tali rasa ini kerjanya menyimpan (Rekaman) dan mengetahui semua keadaan baik diluar maupun didalam.
Ketika orang terserang kantuk adalah tanda tali Rasa mulai terputus. Dengan tanda putusnya Tali Rasa ini ia akan tertidur lelap, Orang yang tidur ada yang bermimpi dan ada juga yang tidak. Orang yang bermimpi disebabkan buah efek dari waktu mata jasmani ini terbuka dan secara otomatis merekam semua apa-apa yang dilihat karena banyaknya angan-angan atau khayalan yang tersimpan dan belum direstart dengan Robithoh, maka terjadilah seorang yang bermimpi buruk, sedih, senang bukan bermimpi yang mengandung hikmah.
contohnya Tustel film ketika diarahkan suatu benda atau objek dan disimpan difilm secara otomatis ia akan berpindah kedalam film, itulah angan-angan atau khyalan yang tertinggal di dalam Tali rasa karena tidak direstart dengan Robithoh.
Wallahu a'lam
RASA
Rasa adalah anugerah Yang Maha Agung dari Guru Agung,
beliaulah pemilik Rasa itu (Mursyid), Rasa yang mendorong manusia
kedalam keadaan yang sesungguhnya dari tiada ke ada, dari sifat ADAM
(tiada) kesifat Nur Muhammad (Mursyid), beliaulah (Mursyid) yang
membolak balikan rasa ruhaniyah muridnya menuju nur muhammad yang
hakiki
rohman rohimullooh yang terpancar dalam pantulan guru kita
tercinta, bersihkan wadah itu, untuk menerima limpahan yang Agung
Istiqomah rasa dalam robithoh adalah kewajiban yang mengaku
muridnya.
Karena didalam Istiqomah Rasa itulah mengandung kecintaan, yang
disertai rasa kasih sayang yang mendalam dalam kehidupan yang fana ini,
leburkanlah bersama para utusannya (Mursyid) menuju yang SATU yaitu
keabadian yang hakiki.
Rasa ini membangkitkan kesadaran untuk lebur
bersamanya kedalam lautan yang sangat luas tanpa tepi ,yang membersihkan
segala kotoran yang menempel, Penyatuan jiwa dengan utusannya (mursyid)
menuju keindahan yang maha indah..
Seorang Mursyid ingin semua muridnya begitu.. Menuju Baldatun
thoyibatun wa Robbun ghofur..Sehingga menjadi pelita yang besar dan
menerangi dunia lahir dan dunia ruhani dari masrik sampai magrib ila
yaumil qiyamah.
Semoga Alloh menjaga diri kita seperti Alloh menjaga para Guru-Guru kita,, dengan kuasa/ Karsa-Nya...aamiin
Wallahu a'lam
Salah satu hasil dari dzikrullah adalah timbulnya kepekaan hati. Bisa di istilahnya lintasan hati, isyarah atau grentes. Dzikrullah dapat mengasah kepekaan rasa. Sehingga rasa-nya menjadi semakin peka terhadap berbagai kondisi. Kepekaan rasa inilah yang disebut hidupnya qolbu atau dalam istilah yang lain disebut hidupnya indra keeanam. Qolbu semakin mengeluarkan power sehingga berpengaruh terhadap berbagai keputusan yang diambil dalam berbagai sikap dan keyakinannya (keimanannya).
Hidupnya qolbu sudah tidak menginduk kepada otak kirinya, ia sudah bisa mandiri tanpa bantuan panca indra, baik melihat, mendengar tanpa bantuan panca indra. ia sudah dilahirkan dan tinggal bagaimana cara kita untuk mendidik dan membesarkannya. Jangan sia-siakan amanah ini.
Kepekaan qolbu bisa dimisalkan Seperti rasa manis yang tidak bisa dirasa oleh hidung kecuali oleh lidah, bau wangi yang tidak bisa dimengerti oleh telinga kecuali hanya bisa difahami oleh hidung. Dan tidak dapat dilihat dan dirasakan oleh panca Indra apa-apa yg hanya bisa dirasa oleh indra ke enam, Salah satu kuncinya haruslah berhati-hati didalam setiap berbicara. Karena bisa jadi kenyataan, karena di dalam dirinya ada kekuasaan Allah.
Wallahu a'lam