" Telinga adalah perantara, mata adalah pecinta yang menyatu dengan sang kekasih, mata adalah karunia yang nyata, sedangkan telinga hanya memiliki kata-kata yang menjanjikan....... Dalam mendengar ada perubahan sifat, dalam melihat , ada perubahan hakekat........ Jika pengetahuanmu tentang api ditentukan oleh kata-kata semata, coba matangkan dengan kata "api". Sudilah engkau pergi ke balik nama dan huruf, sucikanlah dirimu sepenuhnya....... Dan kelak, saksikanlah dalam lubuk hatimu sendiri sendiri seluruh pengetahuan para Nabi, tanpa buku, tanpa belajar, dan tanpa pengajar".
(Jalaluddin Ar-Rumi)
Terdapat perbedaan yang mendasar antara : Ingat Allah (Dzikrullah), dengan menyebut Nama-nama Allah secara berulang-ulang secara lisan (lidah mulut atau lisan hati). Mengingat & menyebut Allah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah bertemu dan melihat Allah didunia ini. Mustahil orang yang belum bertemu dan melihat Allah dapat mengingat Allah. Mulut dan hati menyebut Nama Allah, tapi pikiran, khayalan dan perasaan justru ingat istri, anak, pekerjaan dan lain sebagainya. Mengingat adalah pebuatan batin, sedangkan menyebut adalah perbuatan mulut.
Orang-orang yang sudah bertemu dan Melihat Allah, akan dengan mudah untuk mengingat Allah dimana saja dan kapan saja, baik sedang main FB, berjalan, duduk, naik kendaraan dan bahkan selagi tidur nyenyak, semudah mengingat wajah Sang Pacar / orang tua kandung kita.
Mari kita renungkan Firman Alloh:
Artinya:
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." ( QS : Yusuf Ayat : 40 )
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [981]; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang [982]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." ( QS : Al-Hajj Ayat : 11)
Jalan menuju pertemuan dengan Allah itu tergantung prasangka kita. Akan mudah, kalau kita berprasangka seperti itu, sebaliknya, perjalanan itu akan menjadi sulit dan berat, jika kita berprasangka sulit untuk menuju pertemuan dengan-Nya......... "Aku tergantung prasangka hamba-Ku" (Hadits Qudsi)
Kita lebih mudah mengingat Sang Pacar dari pada mengingat Alloh...itu semua disebabkan mengingat sang pacar ada obyek yang kita lihat sehingga kita tertarik / menyukainya, Nah disinilah kita perlu bertanya kepada diri sendiri. " Apakah kita sudah mencintai dzikir ? Kalau kita mengaku mencintai dzikir, kenapa kita sulit untuk mengingat Alloh....hayoo?
Untuk itulah kita harus berusaha untuk bisa mencintai dzikir. Jika kita benar-benar mencintai dzikir tentu hal-hal yang berhubungan dengan rasa malas, lelah, letih dan seterusnya pasti akan hilang dengan sendirinya. Karena cinta itu dapat menghapus semua rasa dan menumbuhkan semangat didalam berdzikir.
Tanda jika kita sudah mencintai dzikir adalah ia tidak akan merasa capai, lelah, malas ketika kita mengamalkan dzikir, dikening tidak mengkerut, pikiran tidak ada beban, memori otak diam, qolbu menjadi hidup walaupun masih lemah. Kalau sudah diberi anugerah seperti ini, jangan sedikitpun berpaling meninggalkan dzikr.
Agar kita bisa berdzikir seperti itu, Maka gunakanlah media yang diberi oleh Guru Mursyid, yaitu ROBITHOH.
Tanda jika kita sudah mencintai dzikir adalah ia tidak akan merasa capai, lelah, malas ketika kita mengamalkan dzikir, dikening tidak mengkerut, pikiran tidak ada beban, memori otak diam, qolbu menjadi hidup walaupun masih lemah. Kalau sudah diberi anugerah seperti ini, jangan sedikitpun berpaling meninggalkan dzikr.
Agar kita bisa berdzikir seperti itu, Maka gunakanlah media yang diberi oleh Guru Mursyid, yaitu ROBITHOH.
Wallahu a'lam
Mengingat pacar obyeknya bisa karena kecantikannya, senyumnya, matanya, bibirnya atau pun perkataannya dan lain-lainnya....itu semua adalah obyek dari ingatan bangsa nafsu. itu juga disebut mengingat.
Bagaimana dengan mengingat Alloh? apakah caranya sama...sama, cuman didalam thoriqoh mensiasati mengingat Alloh dengan membayangkan wajah mursyidnya (Robithoh), sehingga diharapkan dengan wajah Guru Mursyid sebagai obyeknya akan terekam dialam bawah sadar kita. Ini adalah bentuk sarana untuk berlatih mengingat Alloh, yang dulunya kita sering merekam di alam bawah sadar kita dengan berbagai macam rekaman dalam kehidupan sehari-hari, baik yang jelek maupun yang baik semuanya disave di alam bawah sadar kita. Sehingga yang muncul ketika kita ingat adalah obyek yang kita rekam.
Untuk itulah ketika kita dikenalkan oleh guru Mursyid dengan yang namanya Robithoh sangat sulit dan terjadi benturan yang sangat hebat, disebabkan data file yang kita rekam berbeda dari sebelumnya. Yang dulunya men save tanpa dzikir, sekarang men save diiringi dzikir.
Hayoo... kita koreksi diri kita pribadi apakah kita sudah bisa mengingat Alloh dengan alat atau sarana robithoh, minimal sama ketika kita mengingat sang pacar? kalau belum bisa...berarti obyek kita salah?
Kenapa bisa salah....sebab obyek yang diberikan oleh sang guru, belum mampu menghadirkan ingatan kepada Alloh.
Kalau begitu Guru saya yang salah? kalau guru saya salah...tapi kenapa saya dengan mudah bisa mengingat pacar.
Jadi tidak mungkin guru saya yang salah,...mungkinkah obyeknya yang salah?...
Tidak mungkin obyeknya salah, kalau obyeknya bisa salah...kenapa saya tidak salah dalam mengingat ketika ingat sang pacar?.
Ketika saya merenungi, oh....ternyata tanpa kita sadari kita telah diberikan 2 obyek untuk sarana mengingat Alloh...bisa lewat membayangkan wajah Guru Mursyidnya (Robithoh) dan juga bisa lewat mengingat Nama Alloh (Ismu Dzat)
Tetapi tetap saja kita susah mengingat Alloh, disebabkan kita dari kecil tidak pernah dilatih untuk mengingat Alloh, lihatlah anak-anak kita?, Apakah kita pernah melatih anak kita untuk mengingat Alloh? Pasti jawabannya " Tidak "...Padahal ini adalah tugas kita sebagai orang tua untuk melatih, mendidik, mendikte Laa ilaaha illalloh agar supaya ketika sang anak sudah baligh, ia tidak akan bingung dan asing lagi dengan yang namanya bangsa ruhani.
Ingatlah! Alloh telah memberikan petunjuk dan sarana untuk manusia dengan adanya ingatan dan kerinduan ketika kita terbayang-bayang wajah sang pacar dan selalu mengingat dan menyebut namanya. Itulah tanda bahwa ruhani kita telah beranjak dewasa dan ingin dikenal serta telah siap untuk berinteraksi dengan Tuhannya.
Ingatlah! Alloh telah memberikan petunjuk dan sarana untuk manusia dengan adanya ingatan dan kerinduan ketika kita terbayang-bayang wajah sang pacar dan selalu mengingat dan menyebut namanya. Itulah tanda bahwa ruhani kita telah beranjak dewasa dan ingin dikenal serta telah siap untuk berinteraksi dengan Tuhannya.
Wallahu a'lam
Didalam kitab At-Ta'rifat halaman 256 :
" hidayah adalah petunjuk akan sesuatu yang dapat menyampaikan kepada apa yang dituntut "
Definisi ini dapat disimpulkan, bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi prasarana dan sarana keberhasilan disebut "Hidayah".
Marilah sejenak meniliti diri masing masing , perhatikan rutinitas kegiatan sehari-hari kita, dari bangun tidur,makan minum bekerja mencari nafkah atau belajar dan kegiatan lainya, kemudian pulang istirahat,tidur. Dari hari-kehari bulan kebulan dan tahun ketahun bahkan seterusnya rutinitas seperti ini kita jalani, SHALAT kita banyak terselip diantara rutinitas kehidupan SEHARI HARI.
Bila rangkaian kegiatan aktivitas seperti diatas dilakukan setiap hari tanpa diiringi ingat kepada Allah, kira-kira bisakah shalat kita khusuk? sudah pasti jawabnya adalah " tidak ". Sebab aktivitas dan kegiatan sehari-hari kita yang terekam adalah aktivitas yang tidak disertai dengan dzikir.
Makanya kita sangat kesulitan sekali Ketika kita belajar mengingat Alloh dengan dzikir, karena disana banyak terdapat rekaman-rekaman aktivitas yang tidak disertai dengan dzikir, sehingga ketika kita mencoba untuk mengkonek hati, sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh qolbu terganggu dengan adanya banyak file yang tidak bermanfaat yang mendominasi memori otak.
Ketika kita coba untuk berusaha menghubungi qolbu, maka yang muncul adalah hasil dari rekaman-rekaman yang telah lalu, biasanya rekaman ini akan muncul berupa beraneka ragam bisikan yang ada di hati kita. hal ini akan berpengaruh ketika kita mencoba untuk belajar berdzikir dihati.
Mari kita belajar mengisi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari yang kita jumpai dengan disisipi dzikir, sehingga dialam bawah sadar kita akan terekam dzikir....apakah kita tidak bosan setiap hari kita tidak tahu diri sendiri...dari makan tidak tahu sedang makan, dari sholat tidak tahu sedang sholat, dari mengajar tidak tahu lagi mengajar, lagi duduk tidak tahu lagi duduk, lagi buang air besar tidak tahu lagi buang air besar dan lain-lainnya.
Pertanyaannya kita itu siapa dan lagi dimana ketika sedang makan, sholat, duduk.
Pertanyaannya kita itu siapa dan lagi dimana ketika sedang makan, sholat, duduk.
Sesungguhnya
Agar kita bisa konek (menyambung) pada qolbu, maka dzikirnya harus bisa terlepas dari ketergantungan pada memori otak.
Kita masih berdzikir menggunakan akal pikiran yang ada dikepala...tandanya jika kita berdzikir akan cepat merasa capai, lelah dan lain-lainnya. Coba lepaskan dzikir kita dari inang memory otak dengan belajar menggunakan qolbu (hati).
Bagaimana caranya agar kita bisa konek didalam qolbu?...salah satunya menggunakan media yang ada disekitar kita...misal ketika kita nonton TV, mendengarkan Musik, pegang HP dan lain-lainnya...kita coba sarana tersebut ditempeli dzikir khofi, sehingga memori otak kita secara otomatis akan menyambung bila melihat misal tv dan secara otomatis pula akan ingat pula dzikir khofi. Subhanalloh...jika ini bisa kita lakukan secara istiqomah, maka secara otomatis kita sudah mengurangi kadar hijab kita.
Dari Ingatan yang tadinya tak berguna menjadi berguna atau bermanfaat sebagai alat atau sarana mengingat Alloh SWT. Dengan demikian secara lambat laun kita sudah bisa melepaskan hati dari ketergantungan akal pikiran kita. Sehingga secara otomatis memori akal kita akan men save sesuatu yang telah dialiri dzikir kedalam alam bawah sadar kita, saya analogikan sebagai berikut:
waktu pertama kali belajar nyetir mobil pasti yang sangat dominan adalah otak, khususnya otak kiri. Jadi ketika akan menginjak gas/rem seluruh perhatian otak akan terpusat kearah itu atau bahkan kadang mata harus melihat kekaki untuk memastikannya, atau saat ingin pindah persneling, pasti juga akan terjadi hal yang sama.
Setelah belajar dan terus belajar dan lihai, maka waktu injak gas dan rem, pindah perseneling, menikung , menyalib semua bisa dilakukan secara santai dikarenakan insting/alam bawah sadar yang bekerja. Pada fase ini anda bisa menyetir mobil sambil santai mendegar radio, sambil bertelpon, ngobrol dan lain sebagainya.
Pada tahap awal belajar dzikir khofi, maka akan sulit untuk tetap berdzikir khofi sementara otak fokus kpd tulisan didalam buku, atau pada layar monitor yg menuntut otak untuk bekerja dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. Dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. bisa nyetri mobil dengan baik sambil ndengerin musik/ngobrol dikaarenakan perhatian otak tertuku kpd aktivitas nyetir
Pada fase ini untuk dapat berdzikir khofi otak harus berhenti sejenak dari aktifitasnya dan mengingatkan qolbu utk dzikir khofi, sedangkan pada fase yg sudah lihai/ahli maka tanpa diingatkan oleh otak qolbu akan senantiasa hidup dengan dzikr khofinya...
Setelah belajar dan terus belajar dan lihai, maka waktu injak gas dan rem, pindah perseneling, menikung , menyalib semua bisa dilakukan secara santai dikarenakan insting/alam bawah sadar yang bekerja. Pada fase ini anda bisa menyetir mobil sambil santai mendegar radio, sambil bertelpon, ngobrol dan lain sebagainya.
Pada tahap awal belajar dzikir khofi, maka akan sulit untuk tetap berdzikir khofi sementara otak fokus kpd tulisan didalam buku, atau pada layar monitor yg menuntut otak untuk bekerja dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. Dengan analogi diatas sulit bagi orang yg baru belajar nyetir mobil. bisa nyetri mobil dengan baik sambil ndengerin musik/ngobrol dikaarenakan perhatian otak tertuku kpd aktivitas nyetir
Pada fase ini untuk dapat berdzikir khofi otak harus berhenti sejenak dari aktifitasnya dan mengingatkan qolbu utk dzikir khofi, sedangkan pada fase yg sudah lihai/ahli maka tanpa diingatkan oleh otak qolbu akan senantiasa hidup dengan dzikr khofinya...
Yang Pertama:
Ketika qolbu belum dikenalkan dengan dzikir, maka kita menganggap sesuatu yang berbicara (bisikan-bisikan yang sangat halus) yang beraneka ragam macamnya adalah setan ataupun jin. Jika bisikan-bisikan itu kita teliti, kita cermati, maka bisikan tersebut bisa menjadikan sebuah sarana untuk mengingat Alloh, misalnya begini ketika bisikan itu berbicara " Kamu sholatnya tidak bakalan diterima ", coba disisipkan atau tempeli sebuah dzikir Ismu Dzat asal dari suara itu.
Yang Kedua:
Ketika kita sedang sholat tiba-tiba diingatkan oleh sesuatu misal diingatkan sedang masak air, dompet yang lupa naruhnya, motor belum dikunci dan sebagainnya. Nah kita pada umumnya menganggap bahwa yang telah mengingatkan pada waktu sholat adalah setan atau jin. Anggapan itu adalah sangat keliru. Seharusnya kita bersyukur Alloh telah mengingatkan kita. Coba renungkan, siapa yang telah mengingatkan itu ? Tiada lain adalah Guru suci kita, Guru Agung kita. Orang jawa menyebutnya dengan Guru Sejati, hidup kita, Layangan Putih, dan lain-lainnya
Saya mengajak kepada saudara pembaca khususnya diri pribadi saya, pintar-pintarlah menggunakan media yang ada disekitar kita, misal ketika kita makan harus belajar makan ingat Alloh. bukan makan ga ingat apa-apa...bukan makan ingat hutang....
Lebih parah lagi, kita sedang makan tapi tidak tahu detik ini sedang makan, kita sedang mengajar tapi tidak tahu detik ini sedang mengajar, kita sedang bermain tapi detik ini kita tidak tahu sedang bermain, kita sedang duduk tapi kita tidak tahu sedang duduk dan seterusnya, semua aktivitas yang kita lakukan kita tidak tahu atau menyadarinya...Na'udzubillah
Jika kita pelajari sesuatu itu...pasti engkau akan mengerti hakikat dari sesuatu yg diingatkan.
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
Salah satu hasil dari dzikrullah adalah timbulnya kepekaan hati. Bisa di istilahnya lintasan hati, isyarah atau grentes. Dzikrullah dapat mengasah kepekaan rasa. Sehingga rasa-nya menjadi semakin peka terhadap berbagai kondisi. Kepekaan rasa inilah yang disebut hidupnya qolbu atau dalam istilah yang lain disebut hidupnya indra keeanam. Qolbu semakin mengeluarkan power sehingga berpengaruh terhadap berbagai keputusan yang diambil dalam berbagai sikap dan keyakinannya (keimanannya).
Hidupnya qolbu sudah tidak menginduk kepada otak kirinya, ia sudah bisa mandiri tanpa bantuan panca indra, baik melihat, mendengar tanpa bantuan panca indra. ia sudah dilahirkan dan tinggal bagaimana cara kita untuk mendidik dan membesarkannya. Jangan sia-siakan amanah ini.
Kepekaan qolbu bisa dimisalkan Seperti rasa manis yang tidak bisa dirasa oleh hidung kecuali oleh lidah, bau wangi yang tidak bisa dimengerti oleh telinga kecuali hanya bisa difahami oleh hidung. Dan tidak dapat dilihat dan dirasakan oleh panca Indra apa-apa yg hanya bisa dirasa oleh indra ke enam, Salah satu kuncinya haruslah berhati-hati didalam setiap berbicara. Karena bisa jadi kenyataan, karena di dalam dirinya ada kekuasaan Allah.
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
RASA
Rasa adalah anugerah Yang Maha Agung dari Guru Agung,
beliaulah pemilik Rasa itu (Mursyid), Rasa yang mendorong manusia
kedalam keadaan yang sesungguhnya dari tiada ke ada, dari sifat ADAM
(tiada) kesifat Nur Muhammad (Mursyid), beliaulah (Mursyid) yang
membolak balikan rasa ruhaniyah muridnya menuju nur muhammad yang
hakiki
rohman rohimullooh yang terpancar dalam pantulan guru kita
tercinta, bersihkan wadah itu, untuk menerima limpahan yang Agung
Istiqomah rasa dalam robithoh adalah kewajiban yang mengaku
muridnya.
Karena didalam Istiqomah Rasa itulah mengandung kecintaan, yang
disertai rasa kasih sayang yang mendalam dalam kehidupan yang fana ini,
leburkanlah bersama para utusannya (Mursyid) menuju yang SATU yaitu
keabadian yang hakiki.
Rasa ini membangkitkan kesadaran untuk lebur
bersamanya kedalam lautan yang sangat luas tanpa tepi ,yang membersihkan
segala kotoran yang menempel, Penyatuan jiwa dengan utusannya (mursyid)
menuju keindahan yang maha indah..
Seorang Mursyid ingin semua muridnya begitu.. Menuju Baldatun
thoyibatun wa Robbun ghofur..Sehingga menjadi pelita yang besar dan
menerangi dunia lahir dan dunia ruhani dari masrik sampai magrib ila
yaumil qiyamah.
Semoga Alloh menjaga diri kita seperti Alloh menjaga para Guru-Guru kita,, dengan kuasa/ Karsa-Nya...aamiin
Semoga Alloh menjaga diri kita seperti Alloh menjaga para Guru-Guru kita,, dengan kuasa/ Karsa-Nya...aamiin
0 komentar:
Posting Komentar