.

.

Rabu, 06 Juni 2012

Adap Dalam Berdzikir

Oleh: Ustadz Agus Sayap Merpati Suryalaya
Untuk melaksanakan dzikir didalam thoriqoh ada kaifiat [ tata cara/tata krama ] yang harus diperhatikan. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya. 
Dalam kitab al-Mafakhir al-'Aliyah fil Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Syaikh Asy-Sya'roni r.a bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 bagian. Yang dikelompokan lagi menjadi 3 bagian, yaitu; 5 adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 adab dilakukan pada saat berdzikir, 3 adab dilakukan setelah selesai berdzikir.

Adapun 5 adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;
  1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
  2. Mandi atau wudlu.
  3. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Alloh yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illalloh.
  4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.
  5. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rosulullah SAW, karena syaikh mursyidnya adalah naib ( pengganti ) dari rosulullah SAW.
Sedangkan 12 adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;
  1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam sholat
  2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya
  3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.
  4. Memakai pakaian yang halal dan suci.
  5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
  6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya mata hati / bathin.
  7. Robithoh al-mursyid (Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya). Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting
  8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).
  9. Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai kepada derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).
  10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illalloh, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syariat lainnya.
  11. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.
  12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Alloh dengan La ilaaha illalloh, agar pengaruh kata La ilaaha illalloh terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.

Tiga ( 3 ) Adab Setelah Berdzikir adalah;
  1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyuk dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzikir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikir datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah 30 tahun.
  2. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
  3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh dzauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Alloh SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.

Para guru mursyid berkata: Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan 3 tata cara / tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut. Wallohu a'lam bish-showab.

Penjelasan:
  1. Himmah para syaikh / guru mursyid adalah keinginan para Guru agar semua muridnya bisa wushul kepada Alloh SWT.
  2. Sikap duduk pada waktu melakukan dzikir ada perbedaan antara aliran thoriqoh yang satu dengan yang lainnya, bahkan antara satu mursyid dengan yang lainnya dalam satu aliran. Ada yang menggunakan cara duduk seperti duduk di dalam sholat (tawarruk atau iftirasy), ada yang tawarruk di balik artinya kaki kanan yang di masukkan di bawah lutut kaki kiri, ada yang dengan muroba (bersila) dan ada yang dengan cara seperti saat di bai'at oleh mursyidnya. Oleh karena itu maka sikap duduk didalam berdzikir bisa dilakukan sesuai dengan petunjuk guru mursyidnya masing- masing.
  3. Membayangkan pribadi syaikhnya seakan berada di hadapannya pada saat melakukan dzikir, yang lazim di sebut robithoh atau tashawwuro seorang murid thoriqoh. Hal tersebut lebih berfaidah dan lebih mengena dari pada dzikirnya itu. Karena syaikh mursyid adalah washilah /perantara untuk wushul kehadirat sang maha haqq Azza wa Jalla bagi si murid, dan setiap kali bertambah wajah kesesuaian bayangannya bersama syaikhnya maka bertambah pula anugerah- anugerah dalam batiniyahnya, dan dalam waktu dekat akan sampailah dia pada apa yang dicarinya (Alloh). Dan lazimnya bagi seorang murid untuk fana'/ lebur lebih dahulu dalam pribadi syaikhnya, kemudian setelah itu ia akan sampai pada fana' / lebur pada Alloh SWT. Wallohu a'lam bish-showab.
  4. Yang dimaksud dengan waridudz dzikir segala sesuatu yang datang atau muncul didalam hati berupa makna-makna atau pengertian-pengertian setelah berdzikir yang bukan dikarenakan oleh usaha kerasnya si pelaku dzikir.

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes