skip to main |
skip to sidebar

09.44

Anfasku
No comments
Oleh: Ustadz Agus Sayap Merpati Suryalaya
Untuk melaksanakan dzikir didalam thoriqoh ada kaifiat [ tata cara/tata
krama ] yang harus diperhatikan. Semua bentuk ibadah bila tidak
menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya.
Dalam kitab al-Mafakhir al-'Aliyah fil Ma-atsir Asy-Syadzaliyah
disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Syaikh
Asy-Sya'roni r.a bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat
dikelompokkan menjadi 20 bagian. Yang dikelompokan lagi menjadi 3
bagian, yaitu; 5 adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 adab dilakukan pada
saat berdzikir, 3 adab dilakukan setelah selesai berdzikir.
Adapun 5 adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;
-
Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak
berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau
keinginan.
- Mandi atau wudlu.
- Diam dan tenang. Hal ini
dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya
hatinya dapat terpusat pada bacaan Alloh yang kemudian dibarengi dengan
lisannya yang mengucapkan Lailaaha illalloh.
- Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.
-
Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah
dzikir yang didapat dari Rosulullah SAW, karena syaikh mursyidnya adalah
naib ( pengganti ) dari rosulullah SAW.
Sedangkan 12 adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;
- Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam sholat
- Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya
- Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.
- Memakai pakaian yang halal dan suci.
- Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
-
Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra
dhohir, dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab
terbukanya mata hati / bathin.
- Robithoh al-mursyid (Membayangkan
pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya). Dan ini menurut ulama
thoriqoh merupakan adab yang sangat penting
- Jujur dalam
berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki
perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai
(banyak orang).
- Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala
ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang
berdzikir akan sampai kepada derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia
mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan
dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal
itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan
bathiniyah).
- Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illalloh,
karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada
bacaan-bacaan dzikir syariat lainnya.
- Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.
-
Mengosongkan hati dari segala apapun selain Alloh dengan La ilaaha
illalloh, agar pengaruh kata La ilaaha illalloh terhujam didalam hati
dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.
Tiga ( 3 ) Adab Setelah Berdzikir adalah;
-
Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyuk dan
menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzikir. Para ulama thoriqoh
berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikir datang dan sejenak memakmurkan
hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh
riyadloh dan mujahadah 30 tahun.
- Mengulang-ulang pernapasannya
berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat
menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus
bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
- Menahan minum air. Karena
dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang
melakukannya, yang disebabkan oleh dzauq dan tahyij (rasa rindu dan
gairah) kepada Al-Madzkur/ Alloh SWT yang merupakan tujuan utama dari
dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa
tersebut.
Para guru mursyid berkata: Orang yang berdzikir
hendaknya memperhatikan 3 tata cara / tata krama ini, karena natijah
(hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut. Wallohu a'lam
bish-showab.
Penjelasan:
- Himmah para syaikh / guru mursyid adalah keinginan para Guru agar semua muridnya bisa wushul kepada Alloh SWT.
-
Sikap duduk pada waktu melakukan dzikir ada perbedaan antara aliran
thoriqoh yang satu dengan yang lainnya, bahkan antara satu mursyid
dengan yang lainnya dalam satu aliran. Ada yang menggunakan cara duduk
seperti duduk di dalam sholat (tawarruk atau iftirasy), ada yang
tawarruk di balik artinya kaki kanan yang di masukkan di bawah lutut
kaki kiri, ada yang dengan muroba (bersila) dan ada yang dengan cara
seperti saat di bai'at oleh mursyidnya. Oleh karena itu maka sikap duduk
didalam berdzikir bisa dilakukan sesuai dengan petunjuk guru mursyidnya
masing- masing.
- Membayangkan pribadi syaikhnya seakan
berada di hadapannya pada saat melakukan dzikir, yang lazim di sebut
robithoh atau tashawwuro seorang murid thoriqoh. Hal tersebut lebih
berfaidah dan lebih mengena dari pada dzikirnya itu. Karena syaikh
mursyid adalah washilah /perantara untuk wushul kehadirat sang maha haqq
Azza wa Jalla bagi si murid, dan setiap kali bertambah wajah kesesuaian
bayangannya bersama syaikhnya maka bertambah pula anugerah- anugerah
dalam batiniyahnya, dan dalam waktu dekat akan sampailah dia pada apa
yang dicarinya (Alloh). Dan lazimnya bagi seorang murid untuk fana'/
lebur lebih dahulu dalam pribadi syaikhnya, kemudian setelah itu ia akan
sampai pada fana' / lebur pada Alloh SWT. Wallohu a'lam bish-showab.
-
Yang dimaksud dengan waridudz dzikir segala sesuatu yang datang
atau muncul didalam hati berupa makna-makna atau pengertian-pengertian
setelah berdzikir yang bukan dikarenakan oleh usaha kerasnya si pelaku
dzikir.
0 komentar:
Posting Komentar