Didalam (QS. An-Nahl: 16/120)
Katakanlah: " Ruh Kudus ( jibril ) menurunkan Al-Qur'an dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".
Artinya Nur Kehidupan yang memancar dari seorang Wali Mursyid adalah
datangnya dari mata rantai emas menyambung sampai Rosululloh, malaikat
jibril dan Allohu SWT.
Disinilah
pentingnya untuk mengambil Nur Kehidupan dari seorang Wali Mursyid
sekaligus membersihkan wadahnya yang telah kotor, berbau, kumal, banyak
noda, berkarat berpenyakit dan lain-lainnya. Sehingga akan mempermudah menerima
pantulan Nur kehidupan dari seorang Wali Mursyid.
Kita dapat mengambil i'tibar bahwa Nur Kehidupan yang dipancarkan Alloh dialam jasad ini, sbb:
Matahari memancarkan kebulan dan bintang-bintang, lalu sinar itu masuk kecelah-celah jendela Rumah-rumah dan kemudian memantul lagi dari kaca yang satu ke kaca yang lain sehingga Alam menjadi terang.
Begitu pula sebaliknya sistem kerja Nur seperti menunjukan dengan jelas
bahwa tidak mungkin manusia mendapatkan " NUR HIDAYAH " dari Alloh
langsung, kecuali dengan mengikuti cara kerja ( sunah ) yang sudah dicontohkan
tersebut. Barangsiapa berkehendak mendapatkan " NUR KEHIDUPAN " itu
untuk dirinya sendiri terlebih lagi untuk hati dan ruh-nya, Maka
carilah dari sumber-sumber dimuka bumi ini, yaitu seorang wali Mursyid
yang membawa Bibit Tauhid dan Ma'rifat yang silsilahnya dapat dipertanggung
jawabkan dunia akherat.
Sebab merekalah
yang mempunyai stempel kekholifahan diatas muka bumi ini. Ia sudah
mendapatkan hak atau stempel resmi dari Rosululloh untuk menyampaikan
Nur Alloh melalui aktifitas dan pengabdian hidup mereka, baik melalui
dakwah, ibadah dan dzikir yang mereka kerjakan terlebih dari pancaran
doa-doa dan munajat yang mereka panjatkan. Demikian itulah sunnatulloh yang
sejak diciptakan tidak akan ada perubahan lagi untuk selamanya.
Didalam QS. FUSH-SHILAT (41);11.
"kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Didalam QS. FUSH-SHILAT (41);11.
"kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Dari
ayat diatas telah mengungkapkan suatu rahasia terbesar yang tersimpan
dialam barzakh ( alam hati yang belum terbongkar ) yang berada dialam
kehidupan semesta ini, urusan Ilahiyah yang sudah ditetapkan sejak zaman
kelanggengan yaitu sejak langit dan bumi menjawab panggilan Alloh Swt: "
kami datang dengan suka hati ,Maka sejak itu dan bahkan selamanya
sesuai dg kehendaknya, seluruh makhluk dimuka bumi ini beserta segala
isinya terkendali dengan satu sistem komando".
Ketika
Alloh memberikan Komando yang berupa stempel bibit tauhid dan ma'rifat
dari sistem tersebut, maka seluruh perangkat yang ada itu, baik dibumi
maupun dilangit niscaya dengan serta merta menjalankan masing-masing fungsinya.
Sistem Komando itu adalah Hati seorang kholifatulloh yang mendapatkan
stempel dan izin-Nya dari seorang kholifah yang diberi
wewenang untuk memegang stempel Nur Kehidupan, yaitu Laa ilaaha illaalloh
berpotensi menjinakan bumi dan langit serta isinya.
Alloh Swt
berfirman: " Dan Dia menjinakan untukmu apa yg ada dilangit dan ...apa
yg ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pd
yg demikian itu benar2 terdapat tanda2 (kekuasaan Alloh) bagi kaum yg
berfikir". (QS. Al-Jaatsiah; 13) .
Dengan dua potensi besar itu, maka berarti seluruh makhluk yang ada dijagad raya ini berpotensi ditundukkan oleh manusia yang membawa stempel serta komando ada ditangannya. Dialah seorang Wali Mursyid Kamil Mukamil.
Dengan dua potensi besar itu, maka berarti seluruh makhluk yang ada dijagad raya ini berpotensi ditundukkan oleh manusia yang membawa stempel serta komando ada ditangannya. Dialah seorang Wali Mursyid Kamil Mukamil.
0 komentar:
Posting Komentar