Bibarokati SyeikhunA Pangersa Abah Qs.
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Niat itu mahal harganya sehingga Rasululloh Saw, bersabda: "Innamal 'amaluu biniyyat"
Ketika seorang penempuh jalan spiritual melakukan tawajuh kepada Alloh,saat itu juga ruhani kita akan merasakan dan mulai tergerak dan diliputi berbagai rasa serta keinginan yg timbul dari tergetarnya ruhani.
Pada saat itulah kita wajib menengok dan meneliti (intropeksi diri) kembali kepada tujuan semula yaitu apa yg kita niatkan. Dari sinilah kita dituntut untuk merenungi setiap perubahan dalam perjalanan ruhani
"Arofiq tsumma thoriq" (tunggu karunia kemudian bergerak),apakah ini keinginan saya atau kehendak Guru saya ? karena sebaik-baiknya niat adalah yg berasal dari Hakikat Muhammad.
Bagaimana caranya untuk mengaplikasikan niat tersebut? sehingga kita tidak terjebak dalam Akuisme (rasa bangga terhadap setiap amalan dan ibadah yg dikerjakan), Robithoh adalah solusinya. Seorang penempuh spiritual wajib berrobithoh kepada Gurunya. Robithih ini adalah sebuah anugerah untuk menyambung ruhani si murid dengan Gurunya.
Sehingga dari dalam dirinya akan muncul sifat kebajikan ( ini adalah hubungan timbal balik ), hakikatnya adalah kelakuan Guru. Dan apa-apa yang bertentangan dengan syariat Rasululloh Saw adalah dosa dan kebodohan diri kita ỳğ wajib kita tobati dengan alat yg diberikan oleh Guru, yaitu Dzikir Jahar dan dzikir Khofi dengan istiqomah
Dengan demikian qolbunya akan tumbuh hakikat muhammadiyah, Sehingga ia akan menerima 3 anugerah yaitu "Menjaga-Dijaga-Terjaga"
1. Menjaga
ỳğ menjaga Guru karena ada 'Guru' didiri (diri Bathin),
2. Dijaga
Ỳğ dijaga Guru karena ada 'Guru' didiri bathin kita,
3. Terjaga
Ỳğ terjaga Guru karena ada 'Guru'
Tiga anugerah itu terjadi dikarenakan seorang salik mengambil Talqin dzikir dari seorang wali Mursyid, hakikatnya adalah sebuah penanaman chip yg berisi benih tauhid yg diambil dari sumbernya, yaitu Rosululloh
Maka kita wajib dan konsekuen dari apa yang diberikan oleh Guru kepada kita untuk menjaga, memelihara dan melestarikannya. Ketika kita akan menyampaian ilmu kepada orang lain diwajibkan robithoh terlebih dahulu, ini adalah adab kita kepada Guru.
Faedahnya adalah untuk menyempurnakan niat dan karunia serta barokah dari Guru, Sehingga kita akan benar-benar tahu "apakah ini benar kehendak Guru atau jangan-jangan keinginan kita ?" Karena Dikhawatirkan keinginan kita ditunggangi nafsu.
Kalau tidak seperti itu berarti kita masih berharap Karomah (kemuliyaan) dgn ilmu kita, itulah sebenar-benarnya hijab ỳğ samar namun Akbar. Karomah bagi Salik didunia adalah Aib. Jika ditukar Karomah diakherat setetes dari-Nya duniapun tidak akan menampung.
Maka sebagian besar Mursyid (amanah dr Guru-Gurunya) menganjurkan para muridnya untuk Mastur "Bersembunyi ditempat maksiat" atau Mastur fidduniya mashyur fil akherat.
Maka Kita sandarkan bahwa niat itu bukan milik kita tapi anugerah yg diberikan oleh Alloh Swt. Sebaik-baiknya keadaan adalah menyiapkan wadahNya ( tempat yg ada dihati ) agar ketika menerima anugerah itu kita bisa istiqomah dalam mengamalkannya.
Ketahuilah bahwa Semua adalah milik Guru, Semua bisa karena Guru, Semua yg kita tahu karena Guru.. Kewajiban kita hanya memohon ampunan dan karunia-Nya, Syafaat Rasululloh Saw dan Karomah para Guru dan para ahli silsilah
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Niat itu mahal harganya sehingga Rasululloh Saw, bersabda: "Innamal 'amaluu biniyyat"
Ketika seorang penempuh jalan spiritual melakukan tawajuh kepada Alloh,saat itu juga ruhani kita akan merasakan dan mulai tergerak dan diliputi berbagai rasa serta keinginan yg timbul dari tergetarnya ruhani.
Pada saat itulah kita wajib menengok dan meneliti (intropeksi diri) kembali kepada tujuan semula yaitu apa yg kita niatkan. Dari sinilah kita dituntut untuk merenungi setiap perubahan dalam perjalanan ruhani
"Arofiq tsumma thoriq" (tunggu karunia kemudian bergerak),apakah ini keinginan saya atau kehendak Guru saya ? karena sebaik-baiknya niat adalah yg berasal dari Hakikat Muhammad.
Bagaimana caranya untuk mengaplikasikan niat tersebut? sehingga kita tidak terjebak dalam Akuisme (rasa bangga terhadap setiap amalan dan ibadah yg dikerjakan), Robithoh adalah solusinya. Seorang penempuh spiritual wajib berrobithoh kepada Gurunya. Robithih ini adalah sebuah anugerah untuk menyambung ruhani si murid dengan Gurunya.
Sehingga dari dalam dirinya akan muncul sifat kebajikan ( ini adalah hubungan timbal balik ), hakikatnya adalah kelakuan Guru. Dan apa-apa yang bertentangan dengan syariat Rasululloh Saw adalah dosa dan kebodohan diri kita ỳğ wajib kita tobati dengan alat yg diberikan oleh Guru, yaitu Dzikir Jahar dan dzikir Khofi dengan istiqomah
Dengan demikian qolbunya akan tumbuh hakikat muhammadiyah, Sehingga ia akan menerima 3 anugerah yaitu "Menjaga-Dijaga-Terjaga"
1. Menjaga
ỳğ menjaga Guru karena ada 'Guru' didiri (diri Bathin),
2. Dijaga
Ỳğ dijaga Guru karena ada 'Guru' didiri bathin kita,
3. Terjaga
Ỳğ terjaga Guru karena ada 'Guru'
Tiga anugerah itu terjadi dikarenakan seorang salik mengambil Talqin dzikir dari seorang wali Mursyid, hakikatnya adalah sebuah penanaman chip yg berisi benih tauhid yg diambil dari sumbernya, yaitu Rosululloh
Maka kita wajib dan konsekuen dari apa yang diberikan oleh Guru kepada kita untuk menjaga, memelihara dan melestarikannya. Ketika kita akan menyampaian ilmu kepada orang lain diwajibkan robithoh terlebih dahulu, ini adalah adab kita kepada Guru.
Faedahnya adalah untuk menyempurnakan niat dan karunia serta barokah dari Guru, Sehingga kita akan benar-benar tahu "apakah ini benar kehendak Guru atau jangan-jangan keinginan kita ?" Karena Dikhawatirkan keinginan kita ditunggangi nafsu.
Kalau tidak seperti itu berarti kita masih berharap Karomah (kemuliyaan) dgn ilmu kita, itulah sebenar-benarnya hijab ỳğ samar namun Akbar. Karomah bagi Salik didunia adalah Aib. Jika ditukar Karomah diakherat setetes dari-Nya duniapun tidak akan menampung.
Maka sebagian besar Mursyid (amanah dr Guru-Gurunya) menganjurkan para muridnya untuk Mastur "Bersembunyi ditempat maksiat" atau Mastur fidduniya mashyur fil akherat.
Maka Kita sandarkan bahwa niat itu bukan milik kita tapi anugerah yg diberikan oleh Alloh Swt. Sebaik-baiknya keadaan adalah menyiapkan wadahNya ( tempat yg ada dihati ) agar ketika menerima anugerah itu kita bisa istiqomah dalam mengamalkannya.
Ketahuilah bahwa Semua adalah milik Guru, Semua bisa karena Guru, Semua yg kita tahu karena Guru.. Kewajiban kita hanya memohon ampunan dan karunia-Nya, Syafaat Rasululloh Saw dan Karomah para Guru dan para ahli silsilah