Pokok dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada ummatnya tentang
bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan
sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru
menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan
lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana
seseorang bisa sampai kehadirat-Nya. Karena itu pula Allah SWT
menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara
berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan
ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi
penyimpangan seiring berjalannya waktu.
Nabi Adam as
setelah terusir dari syurga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun
bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah
(teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau
diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena
ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa
menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit.
Lewat faktor
tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai
kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang
merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada
satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar
musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupulah dengan
Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui
cahaya-Nya
Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang
diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi
Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai
conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha
Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa
bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi
menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya.
Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW
tidak bisa diserupai oleh syetan.
Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?
Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:
“
Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat
dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu
(rahasia) yang tersimpan pada dadanya”
Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.
Nur
Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang
terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya
juga tidak bisa diserupai oleh syetan. Memandang wajah Mursyid
hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur
Allah SWT.
Nabi SAW bersabda :
La
yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man
ra-ani ai walau bisab’ina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal
irsyadi, inistaqamu ala syarii’ati.
“Tidak akan masuk
neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk
neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan
masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun
dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah
para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik
(orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku”
(H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).
Makna melihat dalam hadist
di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita
maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan
musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka.
Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang
menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah
menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.
Darimana
kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai
kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka
para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan
melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.
Akan
tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan
berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para
Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada
Rasulullah SAW.
Syukurlah bagi orang-orang yang telah
menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada
Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur
Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, bermohon atas namanya niscaya
Allah SWT akan mengabulkan do’a dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari
Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah
mendapat petunjuk.
Barulah kita tahu kenapa memandang
wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat
sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada
Allah SWT.
Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?
Marilah
kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya,
dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat
apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita
dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang
yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya
ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat
keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.
Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :
“Muliakanlah
Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa
memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al –
Khatib Al – Baghdadi dari Jabir R.A.) Syukur yang tak terhingga bagi
orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila
memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak
bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun
kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal
abadi, wajah Nur Muhammad.
0 komentar:
Posting Komentar