Oleh : Maulana Blepetan Al-Tampanie
'Aib atau kekurangan diri adalah perihal kemanusiaan yang lumrah pada
diri setiap orang. Namun dalam tulisan ini 'aib yang dimaksud adalah
berkaitan dengan akhlaq madzmumah yang sudah semestinya dihilangkan.
Akhlaq merupakan alat penting yang menjadi barometer kesusksesan
seseorang dalam menggapai kesempurnaan iman, sebagaimana telah
disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW: "AKMALUL-MU'MINIINA IIMAANAN
AHSANUHUM KHULUQON/Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah
mereka yang memiliki akhlaq yang terbaik".
Memang, sangat
tidak mudah untuk mengganti akhlaq buruk dengan akhlaq yang baik.
Dibutuhkan ekstra perjuangan bathin/mujahadah yang kuat yang
berlandaskan himmah/cita-cita luhur untuk menjadi hamba Alloh yang
dicintai-Nya. Untuk itu, ada beberapa jalan yang bisa kita terapkan guna
membantu prosses mujahadah tersebut.
Pertama:
Sebisa
mungkin kita memiliki seorang guru yang mumpuni dalam olah bathin,
dalam konteks tashowwuf guru yang demikian biasa disebut sebagai MURSYID
KAMIL MUKAMMIL. Guru yang telah mencapai derajat Mursyid biasanya
memiliki "Bashiroh/mata hati" yang tajam, yang mampu menembus pribadi
setiap manusia terutama para murid-murid yang berada di bawah tanggung
jawabnya. Beliau-beliau inilah yang bisa kita mintakan nasehat untuk
peningkatan kualitas akhlaq kita.
Kedua:
Melalui
sahabat atau teman yang shiddiq, jujur dan ikhlas untuk terus menerus
mengingatkan kita. Hal semacam ini pernah dicontohkan oleh Sayyidina
Umar bin Khothob RA, beliau berkata:"Semoga Alloh melimpahkan kasih
sayang kepada orang yang mau menunjukkan keburukanku"..dan memang hal
itu beliau lakukan dengan meminta salah seorang shahabat yang bernama
Hudzaifah untuk menasehatinya. Beliau berkata:"Wahai Hudzaifah, engkau
adalah pemegang rahasia orang-orang munafiq yang telah diketahui oleh
Rosulullah SAW, apakah engkau melihat dalam diriku ada sifat-sifat
munafiq itu?" Bayangkan, sekaliber Umar bin Khoththob RA saja masih
memerlukan nasehat dari orang lain, bagaimana dengan kita?
Ketiga:
Melalui
musuh yang sangat membenci kita. Biasanya apabila seorang membenci
orang lain, orang tersebut sangat suka mencari-cari keburukan orang yang
dibencinya. Nah..dengan kebesaran jiwa sebisa mungkin kita ambil
manfaat dari orang yang membenci kita yang mungkin kerap menuding semua
keburukan kita. Sahabat baik belum tentu mau membuka keburukan kita di
hadapan kita sebab biasanya ada rasa sungkan.
Keempat:
Berbaur
dengan sesama. Pergaulan dengan sesama sangat diperlukan apabila
diniatkan dalam rangka saling memberi manfaat. Dalam pergaulan, biasanya
kalau ada sesuatu yang dianggap buruk oleh kebanyakan orang maka bisa
dipastikan bahwa hal itu memang buruk. Dari sinilah kita bisa mengambil
pelajaran untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk itu.
Terakhir, mari kita sama-sama berdoa..semoga Allah senantiasa membimbing setiap langkah hidup kita..
"ALLOHUMMA WAFFIQNAA LI MAA TARDHOO"
0 komentar:
Posting Komentar