Jika Rahmat Allah dinisbatkan (disandarkan) kepada Washilah aqli (Akal) maka bertashorruf (berpindah) kepada
Guru. Adapun jika dinisbatkan kepada washilah syar'I maka bertashorruf kepada
agama. Sedangkan jika dinisbatkan kepada washilah Adiy maka bertashoruf kepada
syari'at, thoriqoh, haqikat dan ma'rifat.
Dan jika mengkaji lebih dalam
maka kesimpulannya sebagai berikut...
Barangsiapa yang ingin Memandang Wajah Allah (Ma'rifatullah) maka dia harus masuk kdlm RahmatNya (Pulang ke Rahmatullah).
Dalam kaidah Sufiyyah, yang maknanya "muttu qobla antal maut".
Dalam istilah lainnya "fana'ul fana", dan lainnya lagi adalah Hijrah wal
Uzlah dri nasab Ke-Adaman (Jasadiah) masuk kedalam nasab Ke-Muhammadan
(Keruhanian).
Sebagaimana sabda Rosulullaah SAW :
"Ana babul arwah wa Adam babul basyar".
Dari keterangan ini maka sampailah kita pada pemahaman harfiah dan maknawiyyah.
Pemahaman harfiah murid, murodh dan mursyid yang maknanya adalah
walayyah, nubuwwah dan risalah (kembali kepada makna harfiah Ratu Adil, Imam
Mahdi dan Rohul Quddus. Sedangkan maknawiyahnya yaitu Allah, Muhammad dan
Adam).
Pemahaman ini dinisbatkan kepada keterangan sabda Rosulullaah :
"Laa tahrikul jasadu ila bi'idznirruuh wa laa tahrikurruuh ila bi'idznillaah".
Jika pemahaman ni ditashorufkan kepada huqum syara' maka ini yang dikatakan
Musyahadah yaitu Arkanus Syahadah (Rukun Syahadah) yang makna haqikiyahnya
adalah Syahadat Tauhid,Syahadat Rosul dan Syahadat Mu'min.
Menanggapi peng'ishlahan saudara kita tentang bai'at dalam hal ini Allah SWT berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya orang-orang yang berbai'at kepadamu pada haqikatnya mereka berbai'at
kepada Allah". Kepadamu disini tentunya dinisbatkan kepada Rosul. Pentashorufan
Rosul-rosul ada pemahaman harfiah dan maknawiyah, isim jaman dan isim Makaan.
Yang singkatnya, berbai'at kepada Rosul didalam isim zaman berbai'at kepada nabi.
Jika dinisbatkan kepada isim Makaan maka bertashoruf kepada Mursyid.
Dan
yang terakhir kesimpulan dari pemahaman ini yang dikatakan "Amantu billah
wabima qolallaah,amantu birrosuulillaah wabima qoola Rosul". Yang artinya
"Jika seseorang mengaku beriman kpd Allah seyogyanya dia harus beriman
kpd firmanNya,begitu pula jika seseorang mengaku beriman kpd Rosul
seyogyanya pula mengimani sabdanya". Dalam artian wajib berkomitmen dan
konsekuen didalam melaksanakan segala perintahnya dan menjauhkan segala apa
yang dilarangnya.
Adapun kedudukan Rosul-rosul jelasnya diantara fungsi
keberadaanya adalah sebagai SAKSI YG DIPERSAKSIKAN., yang tidaklah Allah
mengutus seorang Rosulpun yang dinisbatkan kepada Al Ulama warosatul anbiya
(dalam isim Makaan) kecuali untuk ditho'ati atas izin Allah. Artinya wajib,
barangsiapa mengaku umat kepada nabinya / ikutannya untuk ta'at dan patuh
sebagai aplikasi / pembuktian makna Sami'na wa atho'na mas tatho'na (Kami
dengar, kami ta'ati dan segera kami laksanakan).
Jadi berbai'at kepada
Rosul (Sama dengan Mursyid masa kini) yaitu bermakna Janji Setia seorang murid
kepada gurunya sebagaimana umat kepada nabinya untuk ta'at dan patuh menjalankan
syari'at agama yang dibawa oleh UtusanNya.
Terakhir sekali jika kita
ingin mendapatkan Pencerahan dan Pemahaman yang lbh detail dan lebih
sempurna lagi maka pesan kami adalah CARILAH GURU SEJATI ( Guru yang dapat menghantarkan dzohir dan bathin). Selanjutnya
jadilah MURID SEJATI, janganlah bersandar kepada paham pribadi, kembalilah
kepada Allah dan RosulNya dengan washilah GURU MURSYID yang benar AJARAN,SANAD
dan SILSILAHNYA.
Maka dengan ini insya Allah kita bukan termasuk orang-orang yang
ingkar sunnah tapi mengaku Ahlus Sunnah yang menjadi AHLI HAQIKAT TANGGUNG
DIKARENAKAN THORIQOH NIKUNG, artinya syari'at tanpa haqikat sesat dan
haqikat tanpa syari'at zindiq. Yang maksudnya adalah WAJIB BERTHORIQOH karena untuk
menyatukan antara syari'at dan haqikat.
Barangsiapa berthoriqoh yang tidak
ada mursyidnya yang benar sanad silsilahnya maka itulah yang dikatakan
thoriqoh nikung. Dan barangsiapa yang mengaku memiliki mursyid yang tiada
talqin bai'at kepadanya itulah yang dikatakan ahli haqikat tanggung.
Selanjutnya Rosulullaah SAW bersabda :
"Laqqiinu mautakum kalimati Laa ilaaha illallaah"
(Talqinlah/tuntunlah dgn kalimah Laa ilaaha illallaah kpd org yg akan mati diantara kamu).
Dan sabdanya lagi :
"Man kana akhiru kalamihi Laa ilaaha illallaah dakholal jannah"
(Barangsiapa pada akhir hayatnya mengucapkan Laa ilaaha illallaah maka
dapat dipastikan orang itu dimasukkan kedalam surgaNya Allah SWT).
Untuk
menerima dan menyampaikan kalimah ini tentu harus ada IZIN atau mesti
DIIJAZAHKAN dari dan kepada AhliNya. Itulah yang dikatakan Ahladz Dzikri
(Aimin ahlal ilmi minal illiyyin) yaitu mandat atau restu dari yang Maha
Tinggi Robbul Arbab wa mu'tiqurriqob huwallaahu SWT.
Yang menerima
mandat ini adalah Ahli Thuruq yang dinisbatkan kepada Syaikh
Mursyid, penisbatan kepada Al Ulama warosatul anbiya dan ini penisbatan dari ;
"Wamaa arsalnaka ila rohmatan lil alamin".
Rosul-rosul adalah sebagai Rahmat bagi seluruh alam maknanya Alamul Kholqi ( Alam
Kejadian ) wal Amri (Alam Pemerintahan). Secara harfiah alam dunia dan
alam manusia. Rahmat Allah yang dinisbatkan kepada Rosul tentunya ditujukan
kepada manusia yaitu alamul kholqi dan alamul amri.
Alamul kholqi
bertashoruf kepada akal dan alamul amri bertashoruf kepada hati. Dengan rahmat
Allah ini maka nilainya adalah Bi aqli salim wa qolbun salim yang artinya
selamat akal dan hatinya. Sesuai dengan keterangan Rosulullaah yang artinya :
"Tidaklah seorangpun bisa Selamat didunia dan akhiratNya (zahir dan
bathin) kecuali atas Rahmat Allah,sekali2 bukan krn ilmu dan amalnya"..
Jadi kesimpulannya bahwa Rahmat Allah itu adalah sebagai washilah untuk Keselamatan dunia dan akhirat (zahir bathin).
Washilah memiliki tiga makna kaidah yaitu
- Washilah aqli ( Akal ),
- Washilah Syar'I ( Syara )
- Washilah Adiy ( Adat )
Untuk membahas ini dibutuhkan disiplin ilmu yaitu Ushuluddin ( tauhid ),Fiqih dan Tasawwuf.
Yang
memegang titel Syaikh Mursyid tentunya adalah orang yang Rukun agamanya adalah
Arkanuddin Tsalasatun fahuwal iman wal islam wal ihsan. Yg memiliki
landasan ilmunya adalah tauhid,fiqih dan tasawwuf.
Singkatnya
secara ilmiah atau dengan ilmu amaliah kita mengenal istilah Input Proses
dan Output ( IPO ).. Yang dikatakan Input adalah Talqin bai'at ( Injection/bluetooth ), sedangkan
Proses adalah robithoh mursyid (Yang dirobithohkan adalah Ilmu,amal,ma'rifat
dan adabNya) yang bermakna String.
Adapun Output tiada lain selain
dari pada rukun agama yaitu iman,islam dan ihsan,yang bermakna
Realition,inilah yang dikatakan Risalatun Nubuwwah.
Jika pembahasan ini dikaji lebih jauh,maka pembahasan singkatnya sebagai berikut..
Tidaklah seorang itu Ma'rifatullaah af'al,sifat dan dzatNya kecuali dengan
washilah Ma'rifat Rosul, yaitu dengan af'al,sifat dan dzatnya jua.
Begitu
juga selanjutnya tidaklah Ma'rifat Rosul kecuali dengan asbab washilah jua
adanya,yaitu yang dikatakan Ma'rifatun Nafs (Mengenal diri yang sebenar-benarnyanya
diri) yang dinisbatkan kepada Lathifatur Robbaniyyah Ar Ruuhaniyyah..
Sholawat beserta Salam mari kita sanjungkan dan sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Menanggapi respon para Sahabat mengenai Talqin dan bai'at,maka dengan ini
kami tegaskan kepada semua Sahabat. Insya Allah dengan besar hati dan lapang
dada mudah-mudahan menjadi washilah bagi Sebuah Pencerahan hati dan jiwa kita.
Allah SWT berfirman:
fas alu ahladz dzikri inkuntum laa ta'lamun
Penggalan kata "fa'lam annahuu". Fi'ill amr (perintah/wajiib diketahui)
li tauqid (penegasan / wajib bagi orang-orang yang ingin mengambil manfaat dari
kalimat Laa ilaaha illallaah yang artinya "Barangsiapa yang ingin
memahami, menghayati dan mengamalkan serta mengambil manfaat dari kalimat
Laa ilaaha illallaah maka tidak boleh tidak dia harus mengetahui ilmuNya
(Tauhid).
Dan barangsiapa yang belajar tauhid bukan kepada AhliNya, maka PASTI
tidak akan membawa manfaat bagi yang mengamalkannya, bahkan sebaliknya dapat
membawa kemudhorotan.
Makna dalil "Fas alu ahladz dzikri inkuntum
laa ta'lamun" . Fas alu dsnipun merupakan fi'I'll amr (perintah) untuk
mencari tahu yang artinya wajib bertanya kepada Ahli-Nya.
Pertanyaannya....Kepada siapa kita bertanya?
Berkenaan dengan pertanyaan kita tentang dzikir nafi itsbat.
Ahladz dzikri ( al ulama ) sedangkan Al ulama bermakna " Al " nya penisbatan dari Al Ilmu. Substansi dari Al Ilmu adalah Nur.
Rosullullaah SAW bersabda yang artinya :
"Dan carilah olehmu ilmu yang bermanfaat."
Para sahabat bertanya :
"Apakah ilmu yang bermanfaat itu ya Rosul?"
Rosul menjawab :
"Yaitu ilmu yang tertanam dihati tiap2 mu'min, yaitulah ilmu tauhid".
Tertanam dihati tiap mu'min pastilah ada yang menanamkan yaitu kalimah
thoyyibah / Laa ilaaha illallaah. Yaitu kalimah yang afdhol sebagaimana
sabda Rosul yang artinya :
"Bahwasannya yang paling Afdhol / utama yang aku
ucapkan dan aku sampaikan serta diucapkan dan disampaikan oleh nabi-nabi
terdahulu adalah kalimah Laa ilaaha illallaah".
Berkenaan dengan keterangan "ballighu anni walau ayyaah" itupun berupa perintah sebagaimana keterangan hadits shohih yang berbunyi : "Wa kaana nabiyyu SAW: Yulaqqiinu hadzihi kalimatat Thoyyibah li
shohabati Rodhiyallahu'anhu li tasfiyati qulubihim wa tazkiyati
nufusihim wa ishoolihim ilal hadroti ilaahiyyah" (bahwa sesungguhnya
nabi SAW mentalqin/menuntun kalimat thoyyibah (Laa ilaaha illalaah) kepada para sahabat Radhiyallohu"anhu adalah untuk menjernihkan hati dan mensucikan jiwa mereka
dan sekaligus menjadi sebab sampainya hamba ma'rifat / mengenal kepada
Tuhannya)
Keharusan seseorang Berbai'at
Baiat di sini bukan baiat politik seperti Baiat Aqabah kaum Anshar atau
baiat sebagai tanda pengakuan kekuasaan terhadap seorang pemimpin. Ini
adalah baiat spiritual yang di mana seseorang atau kelompok orang
menyatakan janji suci kepada Allah untuk hidup sebagai orang yang
saleh/salehah di depan mursyidnya.
Pertanyaan yang mendasar tentang
baiat ini, mestikah seseorang dibaiat?
Bagaimana dengan orang-orang yang memilih hidup di luar tarekat, yang di
sana tidak umum dikenal ada baiat atau talqin? Apakah keislaman tidak
sempurna tanpa baiat atau talqin? Tidak ada kesepahaman para ulama
tentang wajibnya baiat.
Umumnya mereka menganggapnya sebagai hal yang
lumrah, bukan sesuatu yang wajib. Baiat lebih merupakan pernyataan
komitmen spiritual secara formal di depan mursyid untuk menjalani hidup
benar dan menghindarkan diri dari kehidupan dosa dan maksiat. Baiat
dapat menjadi shock theraphy dan memberikan motivasi berkomitmen dalam
kehidupan yang benar.
Baiat di dunia tarekat bisa diperbarui seandainya
seseorang memerlukan pengisian kembali ( recharging ) energi spiritual
dari mursyid. Namun perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa mursyid bukan
santo atau lembaga pastoral yang dapat atas nama Tuhan memberikan
pengampunan dosa terhadap jamaah. Fungsi mursyid sebagaimana telah
diuraikan dalam artikel terdahulu hanya berfungsi sebagai motivator dan
tutor yang dipercayai salik.
Banyak cara orang untuk memperoleh
ketenangan dan sekaligus motivasi untuk menggapai rasa kedekatan diri
dengan Tuhan. Salah satu di antaranya ialah menyatakan komitmen
spiritual kepada Tuhan di depan atau melalui mursyid yang dipilih.Jika
pada suatu saat mengalami krisis spiritual, ia merasa sangat terbantu
oleh kehadiran sahabat spiritual yang berfungsi sebagai konsultan
spiritualnya.
Tentu, sekali lagi bukan memitoskan atau mengultuskan
seseorang. Tetapi secara psikologis, setiap orang pada dasarnya
membutuhkan referensi personal untuk mengatasi kelabilan hidupnya.
Dengan demikian, wajar jika para murid atau salik menyatakan komitmen
spiritualnya dalam bentuk baiat kepada mursyidnya. Ini bukan bid’ah
karena memiliki dasar yang kuat dalam Alquran dan hadits. Namun tidak
berarti bagi mereka yang tidak pernah menjalani baiat, keislamannya
bermasalah, sebab baiat bukan sesuatu yang wajib.
Tidak ada alasan bagi
mereka yang pernah dibaiat mengklaim dirinya lebih mulia daripada yang
lain karena yang paling mulia di sisi Allah SWT ialah orang yang paling
bertakwa..
MELATIH KEBIASAAN
1. Buat catatan harian minimal dalam satu harian. setiap minimal 2 jam
qolbu harus dibangunkan atau diingatkan, pokoknya setiap 2 jam hati
harus dibangunkan...biar tidak lupa pakai alrm hp...buat hp itu sebagai
sarana ibadah
2. belajar mengaplikasikan sifat2 rosululloh dari yg mudah yaitu:
misal: Jangan berbohong, Jujur, Tidak marah,,,,latihlah
sifat ini dalam satu hari, dan dilakukan minimal selama 40 hari. Emang
berat sekali dalam satu hari kita tidak berbohong...tetapi jika kita
latih hati ini...maka efeknya sangat luar biasa. dst
3. Kalau kita
rajin membangunkan hati untuk ingat Alloh minimal setiap 2 jam...maka
secara tidak langsung kita belajar yang namanya istiqomah
4. Buat
disekitar kita sebagai sarana berdzikir, contoh ketika kita nonton tv.
jadikan tv itu sebagai sarana untuk mengingat dzikir khofi. kalau ini bisa
diistiqomahkan efeknya...ketika kita melihat tv, maka hati ini akan
ingat khofi...kalau sudah terbiasa jangan pernah engkau berpaling tapi fokuslah
terhadapnya
5. Dalam saru hari kebiasaan apa yang sering kita
temui...contoh: jika kita seorang penjual es keliling menggunakan sepeda, maka kebiasaan
kita adalah sering naik motor atau sepeda. Nah jadikanlah sarana itu
sebagai media pengingat. sebelum kita berangkat...biasankalah robithoh
dan hidupkan dzikir ketika kita naik motor...
Jika kebiasaan ini
kita lakukan,, maka secara tidak langsung kita telah merubah suatu
kebiasaan negatif (kebiasaan sejak kecil tidak dilatih ingat kepada Alloh), sedikit demi sedikit
kebiasaan itu akan berubah menjadi kebiasaan yang positif yaitu kebiasaan yang dilatih ingat kepada Alloh
Mengapa
kita sulit menghidupkan hati ? karena sejak kecil kita terbiasa tidak
dilatih untuk mengingat dzikir,...jadinya ketika kita disuruh untuk
mengingat Alloh didalam dihati? Ia menjadi sangat sulit
Semoga bermanfaat...aamiin
NB:
Cara
ini tidak akan efektif atau berhasil, jika kita tidak mempunyai niat yang
bulat (seratus persen berniat). bulatkan dulu niat untuk merubah suatu kebiasaan.
Tidak
gampang merubah suatu kebiasaan kalau tidak dibarengi dengan niat yang
sungguh-sungguh.
kalamul mursyid
qolamun, yaktubu fi alwahil qolbul muridiyn [ pembicaraan mursyid adalah
qolam (alat untuk menulis), yang menuliskan kalam ilahi (nur ilahi)
terhadap qolbu para muridnya].
Mursyid menetapkan / menulis laa
ilaaha illallooh terhadap ruh manusia tidak menggunakan pulpen yang ada
tintanya, akan ketapi dengan ucapannya yaitu Dzikir dzahar-dzikir khofi
Semoga ada manfaatnya..
Billahi taufiq wal hidayah wa afu minkum
0 komentar:
Posting Komentar