Berikut penjelasan dari kitab "Idharu Asrari Ulumil Muqarrabin" (Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus)
Ucapan tersusun berdasarkan niat. Ketahuilah, salah satu asas yang
dapat menyampaikan seseorang kepada Allah adalah usaha untuk melandasi
amal
dengan niat yang sempurna dan hati yang ikhlas, serta
melaksanakan ketaatan tanpa melibatkan hal-hal yang dapat merusak amal.
Sumber ucapan ini adalah sabda Nabi saw, “Amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya untuk setiap orang (akan dibalas) sesuai niatnya.”
Amalan hati adalah niat. Amalan hati ini kemudian melahirkan amalan
lahiriah. Amal-amal hati merupakan pokok (ushûl) sedangkan amal-amal
lahiriah merupakan cabangnya (furû’). Jika pokoknya sempurna maka
cabangnya pun akan kokoh, dan jika niat yang berfungsi sebagai landasan
amal diabaikan, maka amal-amal lahiriah (sebagai cabang) akan goyah.
Kaidah ini berlaku umum untuk semua amal ukhrawi maupun duniawi. Jika
ingin selamat dan lurus urusanmu – remeh maupun penting – maka
sempurnakanlah semua tujuanmu (maksudnya). Caranya, pertama-tama
pikirkanlah tujuan itu,
kemudian berilah semangat (himmah) sebanding dengan tujuan tersebut.
Setelah itu pasrahkanlah urusanmu kepada Allah SWT. Mohonlah agar Dia
berkenan menyempurnakan dan mengaruniakan kesuksesan. Dengan cara
demikan amal menjadi suci dan tujuan menjadi benar.
Wahai
pembaca, pembahasan ini sangat pelik, karena itu pahamilah dengan baik.
Aku harus menjelaskannya kepada saudara-saudara kita para sâlik agar
mereka memperoleh petunjuk. Namun, hanya Allah yang dapat memberikan
taufik dan pertolongan.
Ketahuilah, niat mempunyai dampak yang
sangat menakjubkan terhadap amal. Jika niatnya baik, hasilnya pun baik.
Tetapi jika niatnya buruk, akan buruk pula hasilnya. Niat yang baik
adalah sumber seluruh kebajikan. Sebab semangat (himmah) yang dicurahkan
pada suatu kegiatan, dengan kekuasaan Allah akan menghasilkan pengaruh
yang luas. Dan tercapai tidaknya suatu tujuan tergantung pada kuat
lemahnya azm (tekad). Oleh karena itu, manusia hendaknya mengerjakan
semua kegiatannya dengan semangat tinggi dan penuh perhatian, bukan
karena kebiasaan semata. Hendaknya ia mencurahkan pikirannya, memperkuat
semangatnya dan bersungguh-sungguh dalam setiap urusannya.
Ada
sebuah kalimat hikmah kuno yang cukup indah mengatakan bahwa “Hazm
(ketetapan hati/tekad) adalah bersegera dalam memanfaatkan kesempatan
yang ada, bersegera dalam melaksanakan niat, dan tidak berlambat-lambat
dalam mengejar sesuatu yang dikhawatirkan dapat terlewatkan. Merenungkan
sesuatu yang belum tentu terjadi, merupakan sumber kelemahan dan
penyebab kekalahan.” Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut,
“Hai Yahya, ambillah kitab (taurat) itu dengan kekuatan.
(QS Maryam, 19:12) yakni dengan kekuatan tekad.
Rasulullah saw bersabda, “Niat seorang mukmin lebih baik dari pada
amalnya.” Sebab amal hati tidak terbatas. Seseorang seringkali merasa
berat hati ketika meniatkan suatu kebajikan. Namun, jika berniat
melakukan kejahatan, ia dengan mudah dapat mewujudkan niatnya. Salah
satu keajaiban rahasia niat adalah keberkahannya yang dapat mempengaruhi
berbagai hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran kita.
Diriwayatkan bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz ra menjabat sebagai
kholifah para penggembala domba berkata, “Siapakah hamba yang saleh yang
berkuasa saat ini?”
“Bagaimana kalian tahu bahwa penguasa kita adalah seorang yang saleh?” tanya seseorang.
“Jika seorang kholifah yang adil berkuasa, serigala tidak akan memangsa domba.”
Lihatlah, betapa niat yang penuh berkah ini berpengaruh terhadap hewan
buas. Demikian pula niat buruk. Niat buruk dapat memberikan pengaruh
yang
lebih parah. Jika seseorang menyimpan niat jahat, maka niat itu
akan menggerakkannya untuk melakukan kejahatan yang kadang kala
akibatnya lebih buruk dari yang diniatkannya.
Berbagai perkara
yang pelik ini harus diperhatikan dan dipikirkan, karena tujuan
penulisan bab ini adalah agar seseorang dapat mencegah hatinya dari
kejahatan. Jangan sampai ia melakukan ketaatan dengan hati lalai: baik
dalam bersalat, bertasbih, membaca Quran, bersedekah, menengok orang
sakit, melayat jenazah, maupun ibadah lainnya. Seorang bijak rhm
berkata, “Barang siapa berdzikir kepada Allah dengan hati yang lalai,
Allah akan berpaling darinya.” Ucapan ini berlaku umum.
Kaum
khowwâsh selalu menetapkan niat baik dalam semua hal, sampai pada
perkara-perkara yang mubah. Sebab, niat baik dapat merubah perbuatan
mubah menjadi amalan yang berpahala. Misalnya ketika berpakaian, jika
niatnya untuk mematuhi perintah Allah dalam firman-Nya: Pakailah pakaian
kalian yang indah di setiap (memasuki) mesjid. (QS Al-A’rof, 7:31) Dan
mengamalkan sabda Rasulullah saw berikut, “Sesungguhnya Allah itu Maha
Cantik, Ia menyukai kecantikan.” Serta untuk mensyukuri dan memuji Allah
atas rezeki yang Ia anugerahkan. Maka perbuatan mubah itu menjadi
ibadah.
(Memahami Hawa Nafsu, Îdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)
0 komentar:
Posting Komentar