Iqro artinya bacalah, sebagai awal kata ucapan dari kalam.
Bismirobbika artinya Dengan Nama Tuhanmu, yaitu Bi-Ismi-Allah-Ar
Rahman-Ar Rahim, karena kalam bermula dari 'Asma Allah Ar-Rahman
Ar-Rahim.
Ladzi kholaq artinya yang telah menciptakanmu. "Qaff" pada kata "Kholaq" adalah manifestasi dari "Kun", tapi khusus pada manusia, Allah mengatakan "Rafakhtu Fiihi Mirruhi". Kaitannya dengan Al-Qur'an adalah "Qaff" itu sendiri.
Perhatikan kata-kata berikut :
khaliQ-iQro-Qolaa-kholaQ-Qalam-Qur'an
Arti dan maknanya : Tuhan (Allah) mengajarkan membaca firman-Nya kepada ciptaan-Nya melalui perantara kalam yang disempurnakan dalam Al-Qur'an.
Jadi kesemuanya itu berkaitan antara satu dengan yang lain oleh "Qaff"
Jadi kesemuanya itu berkaitan antara satu dengan yang lain oleh "Qaff"
Nabi Muhammad menerima wahyu dan dimasukan kedalam hati (
Ruhani ) oleh malaikat jibril As. lihat (QS. Al-Baqarah 97) dan ( QS.
Al-Qiyamah 17 ) maka jadilah IMAN dihati atau yg lebih populer disebut
DIRI BATHIN, inilah asal usul RUKUN IMAN.
Ketika DIRI BATHIN ini ditulis dan berhuruf maka jadilah Al-QUR'AN 30 JUZ yg berisi firman Alloh dari diri bathin tersebut .
Rosululloh bersabda:
" Tidak kutinggalkan kepadamu dua perkara, dimana kamu tidak akan tersesat jikalau berpegang teguh pd keduannya yaitu; Kitab Alloh dan Sunah Nabi ". ( HR. Imam Ibnu Abdul Barri )
Al-Quran itu ada didalam Diri manusia, cuma dalam bentuk apa? itulah yg seharusnya dicari oleh manusia yg mengaku beriman, kalau yg dicari berbentuk kitab dan berhuruf dan berrupa, maka itu adalah mustahil. Karena tidak mungkin alqur'an berbentuk itu dimasukan didalam diri manusia.
Ketahuilah Al-Qur'an yg dimaksud oleh Alloh Swt itu bukan berbentuk kitab yg berjilid dan naskah akan tetapi ia adalah berbentuk JAUHAR yg sukar untuk dilihat tanpa bimbingan seorang Wali Mursyid. Karena jauhar ini berfungsi sebagai IMAM sebagaimana yg dikehendaki oleh Alloh, kepada setiap muslim sebagai Tali Alloh.
Al-Qur'an yg dimasukan kedalam diri manusia itu bukan berbentuk jirim, jisim atau jauhar yg fardhi karena istilah tersebut adalah dalam bentuk istilah dan bendannya.
Sebagai ikhwan Tqn kita harus bersyukur sudah mendapatkan inti alqur'an yaitu Talqin dzikir.
Al-Qur'an Turun Pasti ke dalam Hati
Alhamdulillah, kaum mukmin diberikan hidayah di saat
menunaikan ibadah puasa bulan ramadhan. Kita, insya Allah, termasuk
salah satu yang mendapat kegembiraan dari Allah di bulan suci ini
sebagai kaum mukmin yang memenuhi undangan-Nya! Allah Azza wa Jalla
bahkan menjanjikan takwa kepada yang menunaikan puasa ramadhan!
Gugur orang berpuasa sudah disampaikan oleh Nabiuna Muhammad Saaw!
Adakah yang dapat menangkap pengertian gugur dalam berpuasa? Akal
cerdas dapat memahaminya (gugur) sebagai gagal dalam melaksanakan puasa
disebabkan tidak mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dibakukan!
Di luar pengertian tersebut adalah apa pun yang telah melebar dari
batasan berpuasa, baik lahir maupun bathin, disebut sama yakni gugur
berpuasa. Letih, lesu, lelah, haus tidak dapat memosisikan sebagai
wajibnya berpuasa dapat meraih pahala takwa sekiranya berada di luar
ketentuan berpuasa!
Berpuasa tidak didekati dengan cara-cara seperti itu! Lahirnya tak
terbantahkan sekiranya orang berpuasa mengalami kelelahan, keletihan,
kelesuan dan kehausan! Tidak ada makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh memang pantas terjadi kondisi tubuh seperti itu. Hanya
saja, hakikat berpuasa lebih merupakan ujian bagi kaum mukmin agar
tetap bersabar, mampu mengendalikan nafsu syaitoniah, tidak mudah
terhasut bisikan iblis laknatullah ‘alaih berbuat sebebas-bebasnya (tak
mampu mengekang kebebasan).
Lihat apa yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an mengenai
keberadaan ramadhan sebagai bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat!
Bahwa berpuasa di bulan ramadhan adalah puasa yang telah dipersiapkan
untuk orang-orang beriman meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat!
Peristiwa diturunkan Al-Qur’an juga terjadi pada malam ramadhan.
Allah Azza wa Jalla menurunkannya untuk menerangi kegelapan hati!
Menelusuri arti Al-Qur’an dalam kehidupan umat manusia membutuhkan
petunjuk Allah Yang Maha Mengetahui. Untuk itulah, pada malam Al-Qadar
diturunkan (pertama kali) Al-Qur’an, dan (secara berulang diturunkan
setiap tahun) oleh Allah Azza wa Jalla, sebagai Hudan (Petunjuk) bagi manusia!
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
فمن شهد منكم الشهر فليصمه ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر
يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر ولتكملوا العدة
ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu,
barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Q.S. Al-Baqarah : 185).
Pengetahuan kita mengenai Al-Qur’an diturunkan pada malam Al-Qadar
(kemuliaan) sudah ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-Qadr berikut:
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan” (Q.S. Al-Qadr : 1).
Sebagai petunjuk untuk menerangi kegelapan, Al-Qur’an sangat
dibutuhkan umat manusia! Pada saat diturunkan untuk pertama kali ke
Rasul Saaw yang mulia, Al-Qur’an diturunkan melalui Jibril a.s. ke
dalam hati beliau. Sebelum diturunkan, hati Nabi Saaw pun belum
mengetahui apa dan bagaimana beliau seharusnya,
قل من كان عدوا لجبريل فإنه نزله على قلبك بإذن الله مصدقا لما بين يديه وهدى وبشرى للمؤمنين
“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu
dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Baqarah : 97).
Secara dhohir (lahir), Al-Qur’an jelas telah dapat dibaca oleh kaum
beriman. Akan tetapi, secara bathin (ruhaniah), Al-Qur’an belum turun
kepada semua hati orang-orang beriman!
Al-Qur’an, secara dhohir, adalah sebuah kitab Allah Swt yang
dijadikan sebagai pegangan hidup kaum beriman dengan
petunjuk-petunjuk-Nya dapat dibaca langsung oleh penglihatan mata
(lahir). Pengetahuan yang didapatkan dari Al-Qur’an juga sangat mudah
untuk dipelajari sekiranya kita bersungguh-sungguh mempelajarinya!
Akan tetapi, Al-Qur’an (secara bathin) sangat tidak mudah bagi kaum
mukmin mendapatkannya! Tidak setiap orang yang beriman mempelajarinya
secara langsung mengetahui kandungan isi Al-Qur’an. Sekalipun Al-Qur’an
(secara dhohir) merupakan kitab petunjuk yang dapat dibaca, namun
untuk mendapatkan kemudahan memahaminya membutuhkan petunjuk lagi.
Jadi, untuk memahami petunjuk membutuhkan petunjuk lagi. Petunjuk di atas petunjuk.
Allah Azza wa Jalla telah menurunkan Al-Qur’an dengan proses
pengajaran melalui wahyu yang disampaikan Jibril a.s. kepada Nabiuna
Muhammad Saaw di dalam hati beliau! Proses ini sudah berlalu hingga
telah menghasilkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang dapat dibaca oleh
penglihatan (lahir).
Namun demikian, Allah Azza wa Jalla Maha Bijaksana dengan
kehendak-Nya akan mengilhamkan ke dalam hati pengetahuan yang mendalam (Al-Hikmah) kepada siapa yang Dia kehendaki agar mengetahui bagaimana petunjuk (hudan)
dalam Al-Qur’an (secara dhohir). Inilah pengajaran Allah kepada kaum
beriman yang senantiasa berkhidmat kepada-Nya di dalam setiap keadaan
tak pernah berhenti merindukan akan kemahabesaran-Nya!
يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إلا أولوا الألباب
“Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang
dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Q.S. Al-Baqarah : 269).
Proses pengajaran pengetahuan Al-Qur’an ke dalam hati disebut
sebagai karunia Allah yang diturunkan (ilham)! Indikasi yang
menyebutkan adanya karunia yang diturunkan (ilham) adalah berbuat tidak
atas dasar keinginan sendiri, melainkan berdasarkan kehendak-Nya!
Jika akan berbuat sesuatu (ambil barang orang, misalnya), tiba-tiba
tangan tidak dapat digerakkan oleh kendali akal, selain di dalam
hatinya ada suara menjelaskan begini dan begitu!
Cahaya Al-Qur’an Pada Malam Al-Qadar
Keyakinan akan datangnya malam Al-Qadar yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an relatif tidak sama di antara para ulama mazhab! Kebanyakan
kaum mukmin yang berharap turunnya keberkahan pada malam Al-Qadar,
mereka sangat mengharapkan Allah menurunkannya ke dalam jiwanya
kemuliaan, keberkahan dan kualitas keimanannya!
Bagi Allah, petunjuk yang menerangi kegelapan yang dipancarkan ke
dalam jiwa kaum mukmin, bukanlah perkara yang sulit! Apa pun yang telah
ditetapkan di dalam kehendak-Nya, maka tak akan ada yang dapat
menghalangi-Nya!
Allah Azza wa Jalla telah menetapkan bahwa Al-Qadar adalah kemuliaan
bagi diri-Nya untuk menurunkan Al-Qur’an yang penuh keberkahan dan
cahaya-Nya. Maka, bagi kaum mukmin yang sangat mengharapkan dengan
penuh keikhlasan dan keyakinan yang sangat kuat, tidak ada kata musykil
akan dikaruniakan Al-Hikmah (kebijaksanaan Allah)!
Malam Al-Qadar adalah dambaan bagi kaum mukmin yang berharap
mendapatkan perubahan jiwa dengan petunjuk dari Allah Yang Maha Mulia.
Mengharapkan akan datangnya keberkahan pada jiwa atau hati atau ruh
atau diri orang-orang yang meyakininya tidaklah sama dengan orang-orang
yang tidak terbesit adanya harapan dengan banyak alasan kurangnya
keyakinan!
Siapa pun pasti membenarkan ada-Nya Dia (Allah) sebagai Tuhan Yang
Maha Bijaksana! Dengan membenarkan keberadaan-Nya sebagai Tuhan Yang
Memiliki kemahabijaksanaan, sepatutnya kaum mukmin tidak apriori
mementahkan akan adanya keberkahan yang diturunkan pada malam-malam
ramadhan, yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan (lailatul qadr)!
Jika Rasul Allah Saaw yang agung mendapati wahyu ke dalam hati
beliau, maka hati-hati umatnya yang senantiasa tunduk dan patuh kepada
Allah dan Rasul-Nya, bukan mustahil juga akan dinugerahi pengajaran
Al-Qur’an dan As-Sunah yang mendalam (Al-Hikmah)!
Apa yang telah diwahyukan oleh Allah melalui perantaraan Jibril a.s.
kepada Rasulullah Saaw tidak berarti akan diwahyukan lagi kepada
umatnya! Bukan, bukan itu yang dimaksud diajarkan Al-Qur’an dan
As-Sunah ke dalam hati kaum mukmin! Akan tetapi, petunjuk Allah Yang
Maha Mulia akan dipancarkan ke dalam jiwa seseorang yang beriman untuk
memahami dengan pasti setiap kandungan yang dimuat di dalam
ayat-ayat-Nya atau perkataan Nabi-Nya Saaw! Dengan begitu, dia (di
antara kaum mukmin) tidak menemukan kegelapan ketika memaknai
ayat-ayat-Nya atau hadits Nabi-Nya!
Allahu Akbar wa lillahil hamdu! Allah Maha Besar, segala
puji patut hanya untuk diri-Nya! Kemahaluasan Ilmu Allah tak perlu
diperdebatkan! Musykil Allah Azza wa Jalla diragukan! Hanya orang-orang
yang tidak berimanlah yang menyangsikan-Nya.
Kepastian datangnya Al-Qadar tidak patut dipertanyakan. Al-Qur’an
yang mulia sudah memperlihatkan kepastiannya! Malam itu adalah malam
yang penuh kemuliaan, keberkahan, keutamaan melebihi malam-malam yang
lain; sekiranya seribu bulan bercahaya, maka cahayanya tak akan dapat
menyamai-Nya saat Al-Qur’an turun (kembali) di malam kemuliaan
(Al-Qadar) tersebut! Kapankah itu dapat diketahui oleh kaum mukmin?
Allah lah Yang Maha Mengetahui! Tak seorang pun dapat mengetahuinya
kecuali karena Dia (Allah) berkenan mengabarkannya!
Al-Qadar tidaklah menghindar untuk hadir di alam dunia sekalipun
banyak kaum mukmin yang tidak meyakininya! Al-Qur’an pun tetap “turun”
ke dalam jiwa kaum mukmin yang meyakini, mengharapkan, mendambakan,
merindukan dan tak pernah berhenti memohon dengan sepenuh jiwa kepada
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana!
Cahaya Al-Qur’an sangat terang benderang! Allah Swt menjelaskan keberadaan Al-Qur’an di dalam ayat-Nya sebagai berikut:
يا أيها الناس قد جاءكم برهان من ربكم وأنزلنا إليكم نورا مبينا
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)” (Q.S. An-Nisaa : 174).
Oleh karena itu, pada malam Al-Qadar apabila orang mendapati hatinya
merasa “terang benderang” (sangat bertambah kuat tingkat keyakinan
akan kemahabesaran Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana), dia
sesungguhnya mendapati “Malam Kemuliaan.”
Indahnya “Malam Kemuliaan” melemahkan setiap kesombongan otak yang merasa cerdas, jenius, brilian, cemerlang, encer, pintar, fullbright,
mumpuni dan lain-lain sebutan untuk kehebatan otak. Suasana hati
demikian tenteram serasa sedang berada bersama berbagai keindahan
surgawi, kesejukan jiwa yang menghanyutkan kegelisahan! Tak ada suasana
yang menjadikan hati sumpek, ambigu, bingung, bimbang, ragu, tidak
jelas, tak tahu arah, selalu merasa berdosa dan lain-lain suasana hati
yang berpenyakit!
Dengan keyakinan, sekali lagi, hanya dengan keyakinan, kita dapat
merasakan kehadiran “Malam Kemuliaan” itu. Bukan dengan hayal atau
keragu-raguan, dan pasti tak akan dapat merasakan kehadirannya.
Mustahil bagi Allah memberlakukan kepada nya (orang yang tidak
meyakininya).
0 komentar:
Posting Komentar