Alhamdulillah....
Tiba-tiba berserasi dengan rasa segar di seluruh sendi-sendi kita.
Makanya syukur pun, bila dilihat dari jendela hati kita, rasanya tak
pernah cukup untuk mengimbangi nikmat-nikmat Allah swt. pada kita.
Kesadaran betapa segala puji hanya layak bagiNya, dan kesadaran betapa
pujian kita tak layak untuk selayakNya dipuji, bahkan ketakberdayaan
untuk mensyukuri karena ketakterhinggaan nikmatNya, justru adalah cara
syukur kita yang benar.
Namun jumlah orang bersyukur itu minoritas. Sedangkan mayoritas
manusia tidak bersyukur. Mayoritas manusia memandang nikmat dari
wujudnya, bukan pada Sang Pemberi nikmat. Mayoritas manusia menunggu
datangnya nikmat, padahal ia berada dalam nikmat itu sendiri.
Mayoritas manusia memperkarakan momentum nikmat, karena kebiasaannya
memuaskan nafsunya, lalu nikmat itu dihubungkan dengan
pemuasan-pemuasan diri. Kapan manusia pernah puas? Dan jika demikian
kapan mau bersyukur? Memandang Sang Pemberi nikmat secara terus menerus,
membuat anda menjadi ikon dari syukur itu sendiri.
Tetapi nafsu seringkali tak tahan dengan datangnya dan tampilnya nikmat. Ketidaksiapan nikmat telah
merubah menjadi istidroj (covernya nikmat, dalamnya bencana). Apakah anda juda sudah begitu lama
tenggelam dalam lembah Istidroj ini? Na’udzubillah.
Tak ada kebahagiaan tanpa rasa syukur dan ridho, tak ada rasa syukur
dan ridho tanpa rasa menerima (qona’ah) dan kepasrahan diri, dan tak ada
kepasrahan dan qona’ah tanpa anda belajar untuk zuhud
NAFSU
Nafsu,
memang awal pertama yang menjadi hijab antara hamba dengan Allah swt,
dan terus menerus ingin musyrik, ingin jauh, ingin menghindar dari Allah
swt. Bahkan kalau perlu nafsu ingin membuat Allah swt, tunduk padanya,
bukannya ia tunduk pada Allah Ta’ala.
Nafsu terus merusak harkat dan kehormatan agama dengan memanfaatkan agama, Nabi, Allah Ta’ala, untuk memberikan keuntungan duniawi. Bahkan nafsu pun terus menerus
membuat transaksi dibalik bursa akhirat yang luhur, dibalik kata syiar dan jubah religi, bahkan dibalik kata “perjuangan”, kemudian dengan selingkuhnya ditukar dengan dunia. Seluruh ubudiyah seorang hamba hanya ditimbang dengan untung rugi dunianya. Na’udzubillah!
Seorang hamba telah merasa menanjak derajatnya di hadapan Allah, dan terus berambisi untuk naik derajatnya, sampai pada titik ia baru menyadari bahwa seluruh perjalanan ruhaninya tak lebih dari nafsu yang menjijikkan.Karenanya nafsu harus ditinggalkan, dan segeralah menuju Gerbang Allah Ta’ala, maka nafsu akan tunduk dengan sendirinya.
Awal ketundukannya adalah Muthmainnahnya nafsu, lalu hanya ingin kembali kepadaNya, kemudian hanya ingin meraih ridho dan terlimpahi ridhoNya. Nafsu memang mendorong pada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati olehNya.
Nafsu terus merusak harkat dan kehormatan agama dengan memanfaatkan agama, Nabi, Allah Ta’ala, untuk memberikan keuntungan duniawi. Bahkan nafsu pun terus menerus
membuat transaksi dibalik bursa akhirat yang luhur, dibalik kata syiar dan jubah religi, bahkan dibalik kata “perjuangan”, kemudian dengan selingkuhnya ditukar dengan dunia. Seluruh ubudiyah seorang hamba hanya ditimbang dengan untung rugi dunianya. Na’udzubillah!
Seorang hamba telah merasa menanjak derajatnya di hadapan Allah, dan terus berambisi untuk naik derajatnya, sampai pada titik ia baru menyadari bahwa seluruh perjalanan ruhaninya tak lebih dari nafsu yang menjijikkan.Karenanya nafsu harus ditinggalkan, dan segeralah menuju Gerbang Allah Ta’ala, maka nafsu akan tunduk dengan sendirinya.
Awal ketundukannya adalah Muthmainnahnya nafsu, lalu hanya ingin kembali kepadaNya, kemudian hanya ingin meraih ridho dan terlimpahi ridhoNya. Nafsu memang mendorong pada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati olehNya.
1 komentar:
KATA SIAPA AJENGAN GAOS PENGGANTI DARI ABAH ANOM..???
KATA SIAPA AJENGAN GAOS MURSYID YANG KE 38..???
APA DI AKUI OLEH SURYALAYA NYA APA ADA MAKLUMAT NYA..????
JANGAN SUKA NGAKU - NGAKU DEMI KEINGINAN DUNIA SEMATA..
Posting Komentar